risau airmata rengatkan senyum mata air tua butirbutir derai berurai anak sungai menarakkan telaga kautsar wirid dan zikirku mengantar untuk selamanya kau reguk wangi surga nan sejuk telau balahindang songsong riang mentasbihkan kemuliaan dunia yang hilang riak terbit barat menantikan seorang tamu tuhan pada lapaknya surga terbentang sayap hangat iringi pasrah bertautlah doadoa dalam langkah dedahkan tangis purba diperhitungan bulanbulan duka dilepas tak pegang pun tidak kembang jambu gugur lantak menyerak bumi bau semerbak menghamba pada yang kul hak iringkan cahaya ibu cahaya cahaya cahaya itu di kalbu fana fana fanalah diri yang kaku turutkan pada yang satu ya hu dalam tangis seribu rindu rasul aku sandarkan aku sandarkan diri pada buhul aku takdirkan nasib di tihang ushul pijarpijar mataku di cahaya ruhul hakkul hakkul hakkul risau airmata tua keringkan mata air telaga aku hanyutkan puasa aku larutkan airmata hingga waktu terbentang lebar hutang melahirkan tak kuasa aku bayar walau sezarah tak pernah kau papar dari petang hingga terbit fajar aku lena kasihmu ketika sadar dirimu ibu aku amparkan doa di beledunya pusara duka padamu ibu aku panggulkan kepergianmu di pundakku yang lemah dan biru aku kuatkan kakiku yang mudah goyah aku bulatkan hatiku yang sering patah dalam tahlil aku sayatkan beribu pohon ampun di keningmu aku sadapkan sebejana sebejana air madu sir kalbu yang tetes di napasmu aku lelahkan langkah airmata ketika tapaktapak senja luluh di cakrawala mengering bibir dari zikir kaffah tibalah waktu berpisah untuk bertemu di padang mahsyar tempat semua hamba berikrar tak siapa tak siapasiapa semua hamba siasia mengaku diri wara yang taqwa ibu aku titipkan salam pada kekasihmu di sana aku ingin senyum rindunya antarkan harapan yang kelana dirimu ibu kini engkau satu dalam timangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H