Lihat ke Halaman Asli

Siti Nur Rahmah

Freelancer

Kebimbangan dan Konflik Emosional dalam Hubungan Jarak Jauh

Diperbarui: 7 Mei 2024   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hubungan jarak jauh dibuat oleh penghasil gambar AI/dok.pri.

Menjalani hubungan jarak jauh bukanlah tugas yang mudah. Terlebih lagi ketika perbedaan agama menjadi tantangan yang sulit untuk diatasi. Namun, bagaimana sebenarnya perasaan seseorang ketika mereka harus mengakhiri hubungan tersebut meskipun masih merasa terikat secara emosional? Mari kita telaah bersama.

Pertama-tama, mari kita lihat dari perspektif si pria dalam hubungan ini. Meskipun dia telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena perbedaan agama, tetapi tetap memperlakukan pasangannya dengan penuh perhatian. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa ada sisa-sisa cinta dan rasa peduli yang masih tersisa, meskipun keputusan untuk berpisah sudah diambil. Dia mungkin merasa sulit untuk melepaskan hubungan tersebut sepenuhnya karena telah terikat secara emosional selama beberapa tahun.

Namun, ironisnya, dia juga menyuruh mantan pasangannya untuk segera mencari dan mengabari ketika sudah ada penggantinya. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa dia ingin melihat pasangannya bahagia meskipun itu tidak lagi bersama dengannya. Namun, ketika sudah ada lelaki lain yang mendekati mantan pasangannya, dia juga merasakan cemburu. Ini mungkin menunjukkan bahwa meskipun dia telah memutuskan hubungan, namun dia masih merasa tidak siap untuk melihat pasangannya bersama orang lain.

Lantas, apa yang sebenarnya diinginkan oleh si pria? Dia mungkin merasa bahwa dengan menyarankan pasangannya untuk mencari pengganti, dia memberikan kesempatan bagi keduanya untuk melanjutkan hidup masing-masing. Namun, ketika dia merasakan cemburu, itu bisa menjadi pertanda bahwa dia masih belum sepenuhnya melupakan pasangannya dan masih terikat secara emosional.

Ketika si pria menyarankan pasangannya untuk menikah dengan lelaki yang seiman, ini bisa jadi karena dia ingin memastikan bahwa pasangannya akan bahagia dan memiliki kehidupan yang stabil di masa depan. Namun, dia masih tidak mau putus hubungan karena masih terikat secara emosional dan mungkin masih berharap ada kemungkinan untuk berdamai dengan perbedaan agama di masa depan seperti mantan pasangannya mengalah dan mau mengikuti agama si pria agar menjadi seiman.

Namun, ketika dia mengungkapkan keinginannya untuk menjalin hubungan gelap meskipun keduanya sudah menikah dengan orang lain, itu menunjukkan konflik internal yang dalam. Dia mungkin merasa terjebak antara keinginan untuk mempertahankan hubungan dengan mantan pasangannya dan memenuhi norma-norma moral dan agama. Ini juga bisa menjadi tanda bahwa dia masih belum benar-benar siap untuk melepaskan hubungan tersebut dan masih ingin menjaga ikatan emosional dengan mantan pasangannya.

Tentu saja, menjalin hubungan lain ketika sudah menikah adalah sebuah dosa, dan akan menyakiti pasangan masing-masing. Namun, dalam situasi ini, si pria mungkin terjebak dalam kebingungan dan konflik emosional yang sulit untuk diatasi. Dia mungkin merasa terjebak antara memenuhi keinginan pribadinya dan mempertimbangkan perasaan orang lain.

Mengapa si pria masih menahannya dalam hubungan yang gantung seperti teman rasa pacar? Ini bisa menjadi tanda bahwa dia tidak benar-benar ingin melepaskan hubungan tersebut dan masih berharap ada kemungkinan untuk berdamai dengan perbedaan agama di masa depan. Namun, ini juga bisa menjadi tanda bahwa dia tidak cukup kuat untuk mengambil langkah yang tegas dan memutuskan hubungan sepenuhnya.

Apakah si pria termasuk lelaki yang egois? Sulit untuk menentukan dengan pasti tanpa mengetahui lebih dalam tentang situasinya. Namun, sikapnya yang terlihat tidak konsisten dan kebingungan emosionalnya mungkin menunjukkan bahwa dia masih harus menyelesaikan beberapa konflik internal sebelum benar-benar siap untuk melepaskan hubungan tersebut.

Dalam hal ini, penting bagi kedua belah pihak untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur satu sama lain. Hanya dengan begitu, mereka dapat mencari solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak dan melangkah maju dengan kedamaian pikiran dan hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline