Lihat ke Halaman Asli

Siti Nur Rahmah

Freelancer

Kurangnya Sikap Sportif dan Lapang Dada dalam Pemilu

Diperbarui: 26 Februari 2024   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi dibuat oleh penghasil gambar ai/dok.pri

Setiap lima tahun sekali, kita sebagai masyarakat harus menghadapi fenomena yang mungkin sudah menjadi "tradisi" dalam konteks indikasi kecurangan dalam pemilu. Saat mencermati akar permasalahan, tampaknya kurangnya sikap sportif dan lapang dada dari para pelaku politik dan pendukungnya menjadi faktor utama yang memperumit proses demokrasi ini.

Pertama-tama, kurangnya sikap sportif dalam kompetisi politik menyiratkan adanya persaingan yang lebih terfokus pada menyerang lawan daripada berdebat ide dan visi. Perilaku negatif ini bisa merugikan integritas pemilu dengan mendorong kampanye hitam, penyebaran informasi palsu, dan tindakan manipulatif lainnya. Sikap sportif yang kurang hanya membakar api kontroversi, mengalihkan perhatian dari substansi isu-isu kunci, dan memicu ketidakpuasan masyarakat.

Selanjutnya, kurangnya lapang dada pada saat hasil pemilu diumumkan bisa menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik. Pihak yang menang seharusnya tidak hanya merayakan kemenangan mereka, tetapi juga harus mampu memahami perasaan pihak yang kalah. 

Sebaliknya, pihak yang kalah harus memiliki kemampuan untuk menerima hasil dengan baik, menjauhi retorika merusak, dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Tanpa sikap lapang dada, masyarakat dapat terpecah belah, dan kontroversi akan terus menghantui kehidupan politik kita.

Dalam mengatasi permasalahan ini, masyarakat perlu memahami pentingnya pendidikan politik yang lebih baik. Pendidikan ini tidak hanya akan meningkatkan pemahaman tentang proses demokrasi, tetapi juga membentuk sikap sportif dan lapang dada yang esensial. Kami, sebagai pemilih, juga memiliki peran untuk memilih pemimpin yang mampu menunjukkan sikap sportif dan lapang dada selama kampanye dan setelah pemilu.

Selain itu, media massa juga dapat memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan mengurangi ketegangan politik. Pemberitaan yang objektif, fokus pada substansi, dan menghindari sensationalisme dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk demokrasi.

Sikap sportif dan lapang dada seharusnya bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan dalam menjalankan proses demokrasi. Sebagai masyarakat, kita perlu memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi yang kuat, tetapi juga kemampuan untuk memimpin dengan adil dan merangkul perbedaan pendapat. Hanya dengan sikap sportif dan lapang dada, kita dapat memastikan bahwa setiap pemilu tidak hanya menjadi kontroversi, tetapi juga momentum untuk memperkuat fondasi demokrasi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline