Lihat ke Halaman Asli

Membaca Ulang Pemikiran NASAKOM Bung Karno

Diperbarui: 16 Mei 2023   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

“A man may die, nations may rise and fall, but an idea lives on.” — John F. Kennedy

(Manusia boleh mati, suatu bangsa boleh maju ataupun runtuh, namun ideologi terus bertahan hidup)

"Ideologi" berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu "idea" yang berarti "pemikiran" atau "konsep". Kata "ideologi" sendiri pertama kali digunakan oleh Antoine Destutt de Tracy, seorang filsuf Prancis pada abad ke-18, untuk menggambarkan studi tentang ide-ide dan konsep-konsep dalam filsafat.

Seiring waktu, kata "ideologi" kemudian berkembang menjadi istilah yang mengacu pada kerangka pemikiran atau sistem pemikiran yang mengatur keyakinan, nilai, dan pandangan dunia seseorang atau kelompok dalam konteks politik, sosial, atau ekonomi.

Idea pemikiran Bung Karno soal NASAKOM pada saat sekarang ini masih relevan dan terasa, meskipun bentuknya prakteknya masih samar-samar.

"Ideologi Nasakom" adalah sebuah konsep politik yang dikembangkan oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Soekarno, pada tahun 1960-an. Istilah "Nasakom" merupakan singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme.

Konsep ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu kesatuan politik yang melibatkan tiga kekuatan politik utama pada waktu itu, yaitu nasionalisme, agama-agama yang ada di Indonesia, dan komunisme.

Soekarno memperkenalkan konsep ini dalam upaya untuk menggabungkan berbagai kekuatan politik di Indonesia, mengatasi konflik dan perpecahan politik yang terjadi pada masa itu, serta memperkuat posisinya sebagai pemimpin negara. Dia berharap bahwa dengan menyatukan nasionalisme, agama, dan komunisme, Indonesia dapat mencapai keadilan sosial dan kemajuan nasional.

Dalam pandangan Soekarno, Nasionalisme mewakili semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, Agama mewakili nilai-nilai spiritual dan moral yang mengikat masyarakat, sedangkan Komunisme dianggap sebagai gerakan yang berjuang untuk keadilan sosial dan pemerataan kekayaan. Dalam konsep Nasakom, Soekarno berupaya untuk menggabungkan dan mengkoordinasikan ketiga kekuatan tersebut dalam satu ideologi politik yang komprehensif.

Namun, konsep Nasakom ini tidak berjalan dengan baik dalam praktiknya. Perbedaan pandangan dan persaingan kekuasaan antara faksi-faksi politik yang berbeda-beda, termasuk antara partai-partai nasionalis dan partai-partai komunis, menyebabkan ketegangan dan ketidakstabilan politik yang semakin meningkat. Akhirnya, pada tahun 1965, Soekarno digulingkan dalam peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September, yang mengarah pada kekuasaan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Setelah kejatuhan Soekarno, ideologi Nasakom secara resmi ditinggalkan oleh pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Soeharto lebih mengutamakan ideologi Pancasila sebagai landasan negara, yang menekankan pada lima prinsip dasar, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline