Lihat ke Halaman Asli

Sepotong Senja dari Kekasih

Diperbarui: 18 Oktober 2018   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: muhamadazhari.com

Setelah dikirimi sepotong senja oleh pacarnya setahun yang lalu, Davina menyimpan dan membingkai senja itu. Ia simpan baik-baik senja itu di kamarnya, dekat jendela. Setiap hari, setiap sore, setiap pukul lima ia duduk di depan bingkai senja itu. Ia tidak hanya mengagumi senja itu, lebih dari itu, ia telah mencintainya melebihi cintanya kepada pacarnya sendiri.  

Ketika Desy, teman kuliahnya, beseloroh lebih baik menikmati senja langsung di angkasa raya di sebelah barat sana. Lebih segar, lebih indah, lebih cantik  daripada hanya memandangi sepotong senja yang sudah mulai kering, warnannya sudah mulai pudar dan tidak sepenuhnya utuh.

Tapi Davina berpendirian lain. Menurutnya, senja pemberian kekasihnya itu lain dari yang lain. Senja itu seperti external hardisk yang  menyimpan ribuan file kenangan yang tidak ia jumpai di senja-senja yang lain. Ribuan kenangan indah dari ribuan pasang kekasih ada di dalamnya. Memandanginya seakan menonton keindahan-keindahan dan kenangan itu.

Ketika sudah di depan senja itu, Davina tidak bisa diganggu oleh siapa pun bahkan oleh Ibu dan Ayahnya sendiri. Ia seakan menemukan dunianya sendiri. Ia lupa temannya, saudaranya, orang tua bahkan dirinya sendiri. Ia seperti memasuki dunia masa lalu yang ia sendiri tidak mengenalnya. Ini membuat Ayah Ibunya kesal dan marah.

Sore itu, Davina sudah ada di kamarnya. Ia bersiap menemui senjanya. Seperti ritual wajib yang tidak boleh lupa. Ia duduk di depan senja dekat jendela kamarnya. Angannya melayang entah kemana, entah dimana. Ia melihat sepasang kekasih sedang duduk  di tepi pantai memandang senja penuh ketakjuban dengan deburan ombak seakan iringan musik instrumental yang indah. Ia pandangi sepasang kekasih itu lekat-lekat, gestur dan mimik pasangan itu tampak bahagia. Kepala perempuan itu bersender di pundak pasangannya. Tangan laki-laki itu terlihat merengkuh pinggang perempuan yang disampingnya itu dengan mesranya. Mereka menikmati senja bagai dunia hanya milik mereka.

Setelah melihat pemandangan itu, Davina merasa segar kembali. Semangatnya bergelora kembali. Ia pun kembali ke dunia nyata, bertemu dengan kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya.

Sore berikutya, Davina seperti biasa masuk ke kamarnya dan tak lupa menguncinya. Di dalam ia duduk di depan senja itu dekat jendela. Ia menatapnya dan pikirannya melayang ke sebuah pantai yang indah. Angin menyapa lembut. Membisikan gelora asmara yang membuncah. Ia melihat sepasang bule yang sedang menikmati senja. Ia cukup dekat dengan mereka dan mampu mendengar dengan baik apa yang sedang mereka bincangkan.    

"Indah sekali senja sore ini." Kata si lelaki.

"Iya. Itu coba lihat!. Cahayanya merah. Awannya kebiru-biruan. Mentarinya sudah mulai sembunyi di balik awan." Kata si perempuan sambil jari lentiknya menunjuk ke arah senja.

Mereka berbalik arah dan menjulurkan tongsis ke depan. Mereka ingin mengabadikannya, cepret, cepret. Camera ponselnya mengambil beberapa gambar dengan backround senja yang matang.

Setelah melihat pemandangan itu, Davina seperti biasa kembali ke dunia nyata lagi. Ia seperti terbangun dari mimpi indahnya.  Ia beraktifitas seperti biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline