Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Si Penari Sintren

Diperbarui: 12 Oktober 2018   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: nuansasupranatural.blogspot.com

Malam mulai merangkak. Gelap menyelimuti. Rembulan mengintip di balik pohon mangga yang rimbun. Suara jangkrik mengikik menghibur malam.

Sayup-sayup terdengar nyanyian.

Turun turun sintren

Sintrene widadari

Nemu kembang yun ayunan

Nemu kembang yun ayunan

Kembange putri mahendra

Widadari temurunan

Nyanyian itu sebagai pertanda pertunjukan sintren sudah dimulai. Suara sinden lirih mengundang warga untuk mendatanginya. Irama buyung berpadu serasi dengan bumbung, tutukan dan kecrek. Menghadirkan suara musik khas seni sintren.  

Warga kampung Belut, di pesisir pantai utara Jawa Barat:  tua-muda, laki-perempuan berdatangan ke pelataran rumah H. Sulaeman. Mereka ingin menyaksikan pertunjukan sintren. Jarang sekali warga bisa menikmati pertunjukan ini. Pertunjukan yang unik dan berbau mistis.

Hampir setiap musim panen padi tiba, rombongan itu mendatangi kampung itu. Ketika bulan bersinar terang, mereka menggelar pertunjukan tari sintren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline