Berhenti merokok, boleh jadi, sangat sulit dilakukan, apalagi jika dalam keseharian bergaul dengan para perokok. Jika tidak merokok, terasa ada sesuatu yang hilang.
Kondisi seperti itu, dialami oleh saya yang sejak kelas tiga sekolah menengah pertama sudah merokok. Walaupun, sembuyi-sembunyi dari orang tua atau guru ketika berlangsung jam istirahat sekolah.
Dalam perjalanan waktu menenggelamkan saya menjadi perokok berat, setiap hari rata-rata menghabiskan tiga atau empat bungkus rokok. Berhenti merokok hanya saat tidur saja.
Kawan-kawan, sering menjuluki saya seperti kereta api. Batang demi batang rokok dihisap, sehingga dari mulut tak pernah berhenti mengepulkan asap seperti kereta api uap zaman doeloe yang menggunakan batu bara.
Merokok, memang mengasyikkan, sehingga lebih mementingkan rokok ketimbang membeli makanan yang bergizi untuk anak-anak.Tetapi tidak akan tahu bagaimana asyiknya merokok, jika tidak merokok, sebaiknya jangan coba-coba memulai merokok.
Boleh jadi, karena merokok mengasyikan, jumlah perokok di Indonesia setiap tahun terus meningkat, perokok di Indonesia diperkirakan lebih dari 90 juta orang. Indonesia meraih peringkat satu di dunia untuk jumlah pria perokok di atas usia 15 tahun.
Data terbaru dari The Tobacco Atlas 2015, menunjukkan, sebanyak 66 persen pria di Indonesia merokok, dua dari tiga laki-laki usia di atas 15 tahun di Indonesia adalah perokok.
Peringkat kedua terbanyak, yaitu Rusia dengan 60 persen pria perokok di atas 15 tahun. Peringkat tiga hingga sembilan, yaitu China (53 persen), Filipina (48 persen), Vietnam (47 persen), Thailand (46 persen), Malaysia (44 persen), India (24 persen)
Sebagai perokok berat ada cerita yang sangat memalukan, ya malu sendirilah, dalam perjalanan naik kereta api Parahyangan dari Statsiun Kereta Api (STA) Bandung menuju Solo, Jawa Tengah, sejak KA berangkat saya tak berhenti terus menerus merokok.
Ketika KA sedang melaju di sekitar daerah Kebumen, dan ketika sedang asyik menghisap rokok, tiba-tiba dari belakang ada orang yang mencolekku, sehingga membuat kaget. Rasa kaget belum hilang, lelaki berwajah ganteng dan bermabut cepak itu, memperkenalkan diri dari kesatuan TNI Angkatan Darat, mengaku bernama Bambang.
Setelah saling berkenalan, Pak Bambang, menceritakan, dirinya memiliki penyakit sesak nafas dan meminta dengan hormat dan berulangkali meminta maaf meminta saya untuk tidak merokok. Atas permintaannya saya mengiyakan, sepanjang perjalanan hingga sampai Stasiun Balapan Solo, tidak merokok.