Lihat ke Halaman Asli

Zidna Ilhami

Fans garis keras

Bagaimana Prabowo-Gibran Berdayakan Tenaga Kerja Lokal?

Diperbarui: 13 Desember 2023   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: https://kendaripos.fajar.co.id/

Salah satu isu yang kian mendapatkan eksposur lebih besar dari media dan publik adalah terkait dengan ketersediaan tenaga kerja. Isu ini terus mendapatkan sorotan seiring dengan berkembangnya isu masuknya tenaga kerja asing terutama China.

Menyikapi persoalan ini, Prabowo-Gibran memberikan perhatian besar terhadap masalah ini, tercantum dalam Asta Cita 4, yang di dalamnya memuat beberapa poin.

Prabowo-Gibran menyadari bahwa sejatinya 'melindungi' tenaga kerja lokal adalah dengan memastikan beberapa langkah. Pertama, pemberdayaan atau peningkatan keterampilan (upskilling) tenaga kerja lokal. Langkah ini penting mengingat Indonesia menuju negara yang semakin terindustrialisasi, maka tenaga kerja 'skillful', yang semakin adaptif dengan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan supaya mereka bisa menikmati 'cuan' ekonomi industri.

Kedua, membatasi sepenuhnya dari masuknya tenaga asing nampaknya bukan pilihan yang mudah mengingat ke depan, lalu lintas antar negara semakin terbuka. Kita ada di era 'global village', yakni negara satu dengan lainnya ibarat sebuah perkampungan global. Persaingan tenaga kerja menjadi hal yang tak bisa dihindari.

Sebab itu, 'upskilling' tenaga kerja lokal menjadi salah satu pilihan prioritas saat ini. Upaya ke arah itu telah mendapatkan tempat tersendiri di dalam visi dan misi serta program Prabowo-Gibran.

Setidaknya -- saya menemukan -- dua poin yang menunjukkan komitmen pasangan ini pada upaya peningkatan skill tenaga kerja lokal.

Pertama, peningkatkan kualitas tenaga kerja melalui berbagai pelatihan kerja yang bersertifikasi. Kedua, melakukan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) dengan penerapan berbasis kompetensi kriya dan seni kreatif guna meningkatkan kualitas tenaga kerja agar produktif dan berdaya saing.

Pendidikan yang berorientasi pada kerja atau beririsan pada keterampilan khusus yang dibutuhkan oleh industri ke depan juga menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini, kebijakan pendidikan harus bisa bersinergi dengan upaya penyiapan tenaga yang bisa diserap oleh perusahaan.

Di beberapa tempat ada sekolah yang berorientasi pada kejuruan tertentu, seperti SMK dengan berbagai jurusan. Ada SMK komputer, coding, desain, jaringan, menjahit, dan lain-lain Model penyelenggaraan pendidikan yang seperti ini juga perlu diperluas bahkan di seluruh daerah.

Dengan kata lain, sekolah harus juga menjadi tempat untuk belajar dan menyediakan tenaga terampil yang dibutuhkan untuk mendukung industri. Dengan kata sebaliknya, industri harus menjadi tempat berlabuh bagi lulusan sekolah sehingga mereka tidak menjadi pengangguran.

Sekolah dan industri dalam hal ini bisa menjadi partner yang saling membutuhkan dan mendukung. Ada simbiosis mutualisme. Untuk memastikan kesinambungan ini, pemerintah -- dari pusat hingga daerah -- harus mengambil peran penting sebagai 'penyembatan' yang adil sehingga dipastikan industri menyerap tenaga kerja lokal kita dan dampaknya dalam jangka panjang, angka pengangguran berkurang dan lapangan kerja semakin banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline