Hajatan politik (Pilpres 2024) kali ini memang berbeda dari momen politik sebelumnya. Ketegangan yang biasanya mewarnai kontestasi politik kali ini sedikit teralihkan dengan suasana politik yang lebih asyik dan menghibur. Terutama kalau kita berbicara politik yang dihadirkan oleh pasangan Prabowo-Gibran.
Khususnya Prabowo Subianto, ia jadi kandidat paling 'menyenangkan'. Pada dirinya, meskipun tetap tak kehilangan sikap berani dan tegasnya, tapi ia menjadi sosok paling diingat dengan kata kunci 'gemoy' dan 'politik riang gembira', 'santun' dan 'santuy'.
Pertama, gemoy. Sejatinya kata ini berasal dari 'plesetan' dari kata 'gemes'. Bisa berarti 'menyenangkan', 'bikin yang lihat merasa gemes', 'menghibur'. Poinnya, sosok yang dijuluki gemoy itu mampu hadirkan suasana yang buat orang lain tertarik.
Prabowo -- dengan apa adanya -- lewat gesturenya, pembawaannya, dan sikapnya yang humoris, tak pelak menjadi pusat perhatian tersendiri. Dalam banyak kesempatan, di hadapan wartawan, di forum-forum resmi seperti penerimaan nomor urut, debat kandidat tak resmi, dan lain-lain, Prabowo mampu menarik perhatian lewat tingkah-tingkahnya yang spontan dan menghibur.
Masih ingat di forum Mata Najwa, ia berhasil mencairkan suasana saat dirinya dicecar dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Pada kandidat lain, Mbak Nana (panggilan Najwa Syihab) membuat situasi tegang. Tapi di hadapan Prabowo, Mbak Nana sendiri menjadi tak bisa tidak: ia harus tertawa.
Kedua, joget gemoy ala Prabowo. Joget ini juga menarik perhatian tersendiri dan viral. Banyak yang mereplika jogetan ini dan memviralkannya. Mungkin gerakan-gerakannya bukan hal yang baru, tapi saat ini saat melihat jogetan seperti itu, bayangan kita terbawa pada sosok Prabowo.
Poinnya di sini, gemoy dan jogetan Prabowo menjadi terinternalisasi di benak publik -- utamanya kalangan orang-orang yang melek medsos -- dan dengan sendirinya, lantaran di situ ada kekhasan yang membedakannya dari kandidat lain, membuat Prabowo mudah diingat dan susah dilupakan.
Tentu saja gemoy dan segala jogetannya adalah bagian dari instrumen politik. Tujuan utamanya tentu setidaknya dua hal. Pertama, bagaimana menghadirkan politik yang tidak kaku dan menegangkan. Sebab kalangan pemilih muda (milenial dan gen Z) yang merupakan paling dominan di antara pemilih pada Pilpres 2024, itu tidak menyukai politik yang penuh dengan konflik. Generasi yang lain sejatinya juga tak menginginkan ketegangan. Citra politik yang penuh permusuhan, justru itu musuh kita semua.
Sebaliknya, citra politik yang menyenangkan, yang menampilkan bahwa sejatinya politik adalah kontestasi biasa yang tak perlu melahirkan permusuhan, adalah dicintai semua kalangan. Pada titik ini, siapa yang menabur benih, maka ia yang akan menanam. Siapa yang paling konsisten dan bersungguh-sungguh membawakan politik menyenangkan (riang gembira), maka ia akan menjadi bukan sekedar pusat perhatian, tapi justru menjadi magnet elektabilitas. Seluruh pemilih akan tertarik kepadanya. Di sinilah nilai plus pembawaan politik gemoy dan riang gembira dari Prabowo.
Kedua, politik gemoy Prabowo juga dipenuhi dengan konten-konten ringan tapi berkualitas. Di sini kita mendapati bahwa gagasan-gagasan itu berusaha bisa dihadirkan semudah mungkin. Sehingga visi dan misi, dan sekaligus program yang ditawarkannya bukan sekedar menjadi 'akrobat kata-kata' yang melangit, melainkan 'suguhan praktis' yang mudah dicerna oleh publik. 'Packaging programnya' juga dibuat semenarik mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H