Kabar kemenangan paslon "kuda hitam" yang hanya diusung oleh 1 atau 2 partai melawan calon yang diusung oleh beberapa partai merupakan pukulan telak bagi partai politik. Bahkan, partai-partai besar yang mengusung calon tertentu telah dipermalukan dan dipecundangi oleh partai kecil "partai debutan". Ini sebuah indikasi sederhana bahwa zaman sekarang di era millenial partai yang memiliki peran untuk mencetak kader dan mengusung kepala daerah, dinilai gagal menjalankan perannya dengan baik.
Kegagalan pasangan calon yang diusung beberapa partai tertentu dalam memenangkan pilkada juga merupakan bentuk koreksi kepada partai yang tidak menyiapkan calon kepala daerah yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat saat ini sudah jauh lebih pintar untuk memilih kepala daerah pilihan mereka. Mereka tidak melihat dari partai apa, apatis terhadap partai.
Saat ini masyarakat lebih memilih sosok figur dalam suatu pemilihan kepala daerah bahkan pemilihan umum dari pada memilih partai. Hal ini disebabkan karena hampir separuh masyarakat sudah tak lagi percaya pada partai. Ada krisis kepercayaan pada partai politik, tidak memuaskan.
Contohnya, karena adanya korupsi yang dilakukan berjamaah, bukan partai tertentu saja, tapi lintas partai.
Hampir separuh rakyat ini sudah ragu dengan partai politik, apalagi dengan pemilih muda generasi kekinian atau sering disebut dengan generasi millennial yang dianggap cakap dan cukup melek informasi, mulai dari perkembangan teknologi sampai ke politik. Hal ini tentu lebih membuka transparansi status partai dan memudahkan mencari tahu karakter tokoh/figur yang mencalonkan diri.
Kini, di zaman millennial semua informasi serba terbuka dan mudah didapatkan, baik itu berita yang benar ataupun hoax.
Namun tentunya bagi pemilih muda, mereka mudah menyaring informasi yang akurat karena mereka adalah kaum terpelajar. Usia 18 ke atas adalah kaum terdidik yang sedang menempuh pendidikan tingkat atas hingga universitas.
Kenyataan ini menjelaskan bahwa mereka berkarakter, memiliki pemikiran kritis yang tak mudah dibohongi oleh retorika janji-janji manis para kandidat.
Untuk sekadar diketahui dari beberapa sumber disebutkan bahwa pemilih muda mendominasi daftar pemilih yaitu sekitar 40%.
Melihat data tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi pemilih muda sangat berpengaruh terhadap hasil pemilihan. Hal seperti ini yang minim perhatian oleh partai pendukung atau kandidat tertentu.