Lihat ke Halaman Asli

Selingkuh

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merupakan tantangan terberat bagi siapa saja yang sudah menjadi suami-istri. Kalaulah tidak dipahami apa sesungguhnya makna pernikahan, tantangan ini akan sering hinggap dibenak para suami-istri. Tetapi sekali ia paham betapa bahayanya penyakit ini, maka semakin kokoh-lah jalinan rumah tangga suami-istri. Memang harus pandai-pandai menjaga emosi, menjaga sikap, dan menjaga komitmen.

Kecantikan/ketampanan, keberlimpahan harta, dan hal lain yang berbau fisik dan keduniawian, tak bisa menjamin sebuah keutuhan rumah tangga dari segala tantangan untuk melakukan selingkuh. Biasanya, selingkuh terjadi karena kebosanan yang akut. Suami dan istri merasakan kebosanan yang luar bisa. Karena keduanya selalu bertemu setiap hari. Keduanya tahu masing-masing kekurangan. Dari kebosanan inilah timbul-lah emosi, konflik, keributan, yang terjadi terus-menerus.

Di sini kita perlu mendeteksi sesegera mungkin mengenai gejala-gejala selingkuh. Ya, biasanya selingkuh terjadi karena rumah tangga yang dibina berjalan tidak harmonis. Jalinan komunikasi tidak berjalan dua arah. Padahal, menjalin komunikasi ini sangat penting dan utama. Menghadapi apa pun dalam kehidupan rumah tangga, semuanya harus dikomunikasikan. Komunikasi menghindari kesalahpahaman. Pahit-manis, suka-duka, bahagia-kecewa, dll, semuanya harus diungkapkan, jangan berlarut untuk dipendam.

Apalagi sekarang ini zaman teknologi canggih. Fasilitas canggih gadget dan internet betul-betul memanjakan kita semua. Fasilitas mudah ini tentu saja selalu berwajah dua; positif dan negatif. Hand phone, bisa membuat rumah tangga makin kokoh, juga bisa membuat rumah tangga roboh. Makanya, alangkah indahnya membangun komitmen untuk saling jujur dan terbuka. HP masing-masing suami dan istri netral dari segala hal-hal yang berbau selingkuh. Karena sering kali terjadi, sang suami melarang istrinya mengecek HP, membaca daftar SMS dan panggilan telpon. Atau juga bisa terjadi kepada istri, istri melarang suami mengecek-ngecek HP-nya.

Selain HP, adalah media sosial, terutama facebook. Facebook begitu memudahkan kita untuk bertemu dengan siapa pun, yang sudah dikenal maupun yang belum. Makanya, kita sering banget melihat status-status di facebook bernada keluhan, kesal, marah, karena jalinan rumah tangga yang tidak harmonis. Ya, bagi suami atau istri yang aktif di jejaring sosial, ini menjadi tantangan berat lagi. Kalau saja prinsip jujur dan terbuka dipegang teguh, tantangan media sosial seberat apa pun, insya Allah akan terlewatkan. Dalam facebook, misalnya ada fasilitas 'pesan' atau inbox, di mana kita bisa berkomunikasi dengan lawan bicara tanpa orang lain banyak tahu.

Kejahatan-kejahatan; terutama pembunuhan dan perselingkuhan kerap kali kita dengar adalah bermula dari facebook, bermula dari 'pesan' atau inbox. Sebetulnya, tidaklah berdosa, suami atau istri berjejaring sosial kalau keduanya punya komitmen kuat. Cara sederhananya, suami dan istri saling mengetahui 'privasi' akun facebooknya masing-masing. Tidak kemudian saling melarang. Sesekali, istri mengelola akun suami, dan suami juga mengelola akun istri. Ini untuk meneguhkan jalinan rumah tangga.

Begitulah, suami atau istri yang punya komitmen dalam menjaga keutuhan rumah tangga akan selalu jujur dan terbuka. Tidak akan merasa takut dan khawatir, HP dan facebook-nya dicek oleh suami atau istri. Dia menjalin komunikasi lewat HP dan facebook tanpa beban. Dia enjoy dan tak pernah ada ketakutan, karena dia yakin dia jujur dan terbuka. HP dan facebooknya terhindar dari segala macam fitnah. Siapa saja boleh cek.

Untuk menghindari dari jeratan selingkuh, maka kalian para suami dan istri, berpandai-pandailah mengelola kebosanan. Pastikan, saat kalian bosan di tengah kehidupan rumah tangga, selalu siap dan sedia banyak cara untuk mewaspadai dan menanggulanginya. Pandai-pandailah bercanda, padai bikin sebuah inovasi, fokus pada masa depan anak-anak, jaga kesehatan jiwa-raga, giatkan selalu ibadah wajib dan sunah. Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline