Lihat ke Halaman Asli

Astrid Setya

Happines adalah pilihan

Kuota Melimpah, Ini Penyebabnya

Diperbarui: 2 Agustus 2022   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kuota HP / Dokumentasi : Pribadi

Siapa sih yang tidak butuh kuota di hari gini? Jawabnya nggak ada, karena semua orang butuh kuota, mengingat saat ini sedang pandemi, yang mengharuskan work from home, school from home dan stay at home.

Awal ditetapkannya lock down, bulan Maret 2020, saya mengandalkan kuota, dan minta ampun semua terasa boros karena saya harus isi kuota sendiri, suami sendiri dan anak-anak pun sendiri.

Kalau mengandalkan tethering dari kuota anak, sebenarnya bisa, tapi akan memperlambat jalannya sekolah daring.

Belum lagi, lama kelamaan kebutuhan Zoom, Teams, Google Meet begitu cepat menyedot kuota, akhirnya, saya pun stop membeli kuota, mengganti dengan memasang WiFi di rumah.

Pasang WiFi sudah berjalan beberapa bulan. lima belas orang bisa memanfaatkan WiFi di rumah, asal saya memberitahu passwordnya, tapi prakteknya cukup  empat orang yang memakai, plus TV dengan ratusan channel.  

Kalau kebetulan keponakan atau adik main ke rumah, saya anjurkan untuk connect ke WiFi agar irit kuota.

Tapi namanya rejeki tidak akan kemana., karena satu bulan lebih, saya yang jarang beli pulsa, eh tiba-tiba dapat kiriman pulsa, baik dari sekolah anak, atau dari seorang teman.

Minta ampun, pulsa saya kini ratusan ribu, dan belum pernah saya pakai, hanya sangat disayangkan, provider yang saya gunakan tidak memiliki layanan transfer pulsa seperti provider nomer suami atau anak.

Rejeki memang sudah ada tempatnya, sampai pulsa saya menumpuk, luar biasa, sebut saja beberapa hari lalu, sulung saya mendapatkan kiriman 50GB dari Kemendikbud. 

Bahkan beberapa hari lalu pula, saya juga wajib ngisi list nama anak bungsu saya, untuk antri dapat jatah kuota dari Kemendikbud.

Dulu saja, sebelum pasang WiFi, kuota kurang-kurang, tapi sekarang, kuota dan pulsa berlimpah-limpah, sampai anak saya berkata, lambah-lambah dalam bahasa Jawa (meluber).

Bahagia memang sederhana, karena pulsa dan kuota berlimpah, sudah bisa membuat senyum saya semakin lebar. (AS)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline