Lihat ke Halaman Asli

Exsistensi Lian di Balik Gejolak Akal

Diperbarui: 23 Desember 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

EKSISTENSI LIYAN DALAM GEJOLAK AKAL

Seseorang akan ada di satu titik dimana ia kebingungan dalam logisitasnya mengenai eksistensi liyan, ketika korelasi subjektifitas dan objektifitas dituntut menjawab pertanyaan yang fundamental seperti "kenapa dan untuk apa kamu hidup?" sementara sebuah nilai sama sekali nihil dari cipta akal, maka segala ihwal yang di 'anggap benar' tidak lagi memiliki konklusi yang harmonis dengan Kaidah-kaidah budi pekerti.

Disamping itu, renjana keingintahuan akan selalu mengapriorikan segala simpul-simpul kebingungan yang mentranspormasi emosi manusia sehingga selalu berhasil mereduksi pertentangan yang mulanya dianggap tidak logis menjadi sebuah keyakinan berupa fabel-fabel budi pekerti yang ajek dan di pertahankan sampai mati, dan seperti 'sebuah alasan untuk hidup bisa menjadi alasan yang bagus untuk mati dalam perjumpaan yang ugahari', meluruhkan segala kenirfaedahan dengan mengelupas cangkang-cangkang kefanaan menuju misteri terjanji.

Catatan :
Secara 'fascal' sebenarnya seseorang yang berakal tidak perlu terganggu dengan eksistensi ketuhanan kecuali orang yang menyalahfungsikan akal seperti "adakah ia atau tidak ada?"
Jauh sebelum teori ini di kenal pascalian yang di kokohkan diatas nama Blaise Pascal seorang pendeta dan filsuf prancis abad ke 16, namun jauh 14 abad silam teori logika ini sudah diperkenalkan terlebih dahulu dalam dunia Islam, yang mana salah satu tokohnya adalah Sayidina Ali bin Abditolib Karomallahu wajhah.

continue...

by

Abdurohman Sani




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline