Lihat ke Halaman Asli

Ambang Batas

Diperbarui: 10 Desember 2022   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Diambang horison fikiran mari kita sibak tirainya...

"Hidup itu mengenai apa yang kita yakini" Mungkin kita bisa memulainya dari sini yaitu 'Keyakinan', sebagai satu satunya yang diluar alam ide, seseorang bisa menyebutnya apa saja yang merujuk kepada prinsip dasar atau asas penggerak fikiran, satu satunya ufuk terjauh dari apa yang bisa di jamahi fikiran dan selanjutnya saya menyebutnya dengan "horison peristiwa fikiran," sebagai prinsip yang membentuk peraturan atau hukum hakam  di alam ide ; Kaidah inilah yang membedakan kecerdasan dan kebodohan, keteraturan dan kekacauan, kepastian dan ketidakpastian, kewarasan dan kegilaan, serta yang semisal dari semua yang di sebutkan.

Sebelum kita ke pembahasan selanjutnya saya ingin membagi Quotes yang barangkali bisa pembaca renungi ;
"Keyakinan hanya dimiliki kaum yang berfikir, yang 'tidak berfikir' tidak memiliki keyakinan, dan ini adalah prinsip dasar berfikir ; bagaimana seseorang menyebut dirinya berfikir diwaktu yang sama tidak memiliki keyakinan."

Keyakinan itu memang tidak untuk dibuktikan dan itu bersifat wajib mengikuti kaidah-kaidah filosofis bahkan kaidah ilmiah, namun keyakinan harus didukung oleh argumentasi yang valid.
Sampai disini, mari kita bahas secara berangsur ; "Argumentasi yang valid itu harus lahir dari bentuk pemikiran yang kongkrit dan didasari dengan hukum-hukum yang menguasai fikiran itu sendiri," [mengenai Hukum yang menguasai fikiran ini telah disepakati seluruh filsuf didunia] Semua itu berguna semisal jalan untuk berpijak agar dalam proses berfikir berjalan dengan lurus, tepat, terukur dan teratur untuk memahami kebenaran dan mengambil sebuah kesimpulan yang benar pula, karenanya untuk memahami kebenaran seseorang harus berfikir seradikal mungkin, sistematis dan universal.

Pertanyaan besar yang harus seseorang jawab untuk memenuhi tuntutan terbesar fikiran sebenarnya adalah "Siapa yang membuat Hukum-Hakam yang berlaku di alam ide itu.?" Seseorang tidak akan menemukan ketenangan hidup sampai ia bisa menjawabnya ; ketika sebuah lilin habis dan padam, apa lagi yang bisa di amati, dibahas dan apa lagi yang bisa dibuktikan mengenai segala eksistensi.
Namun saya tidak hendak menjawab pertanyaan ini karena saya tidak ingin mendikte kasadaran seseorang melainkan hanya mengisyaratkan tentang hal dan bukan hal, tentang sesuatu dan bukan sesuatu, tentang subjektifitas dan objektifitas, tantang kenyataan yang nyata dibalik segala pluralisitas alam ini kepada orang-orang yang berfikir, karna berfikir hanyalah proses awal untuk menggapai kesadaran.

Quotes :
"pengetahuan tertinggi sekalipun bisa menjadi kebingungan terbesar bagi seseorang jika ia tidak menyadari keterbatasannya, hingga terheran-heran setengah mati ia dibuatnya sementara badan jasmani menyerah oleh peristiwa-peristiwa fisik, perlakuan atau perbuatan-perbuatan lahiriyah, disamping itu pengetahuan bukanlah karakter bagi seseorang ; Keterbatasan adalah Hukum bagi fisik dan ide, Hukum akan memberi kebebasan pada seseorang, jika tidak seseorang akan terjebak dalam pusaran nafsu dan amarah karena dibelenggu beratus-ratus hasrat keinginan dan ia tidak akan mencapai ketenangan dalam hidupnya sampai ia mentaati Hukum."

Quotes :
"Sebagaimana pelukis ; Sang pelukis ulung tidak akan melukis berdasarkan ketidak pastian : ide ketidak pastian itu muskil sifatnya bahkan pada coretan warna terabstrak atau garis dan titik terkecil sekalipun, artinya bahkan mekanika kuantum menjadi tidak relevan dialam fisik ini dan hanya akan menjadi absurditas belaka jika dipaksakan untuk melahirkan sebuah kesimpulan bahwa sesuatu yang tidak bisa diamati adalah kekaburan, keliaran atau ketidak pastian belaka sebagai hipotesis untuk mendukung 'Pembunuhan tuhan' ; itu sama saja dengan mengatakan bahwa "lukisan di galeri itu tidak ada pelukisnya, konsekuensinya seluruh konstruksi pemikiran logis, seluruh disiplin keilmuan dan teori fisik menjadi runtuh, nol probabilitas dan nihil bayesiannya karena Tuhan wajib bagi ilmu pengetahuan dan keyakinan itu wajib kepada tuhan."

Selanjutnya, mari kita kembali ke pembahasan mengenai Cara berfikir...
Cara berfikir disebut juga dengan pola fikir, yang bertujuan untuk memahami hal ihwal, melahirkan ide, rencana, argumen dan cita-cita ; artinya pola fikir itu mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan atau emosi dan juga prilaku, inilah ironinya...! Karna itu Berfikir logis juga ada syarat dan Hukum-hakamnya untuk semua yang bisa di uji secara komprehensif dan apa yang 'dilahirkan' darinya, sebuah jawaban dan menarik kesimpulan, bahkan tidak terkecuali untuk sebuah langkah awal filsafat seperti "apa..." dan "segala bentuk pertanyaana" lain yang mengikutinya adalah hasil dari manifestasi keresahan fisik atau metafisik yang juga harus tunduk pada Hukum-hukum logika untuk memahami 'hakikat kebenaran'.

Berikut akan saya bagi dan bahas bentuk-bentuk pertanyaan yang tidak berdiri diatas Hukum-hukum logis yang menguasai fikiran ; 

Setelah melihat paparan di atas mengenai apa saja yang bisa mempengaruhi fikiran dan hukum-hukum fikiran itu sendiri, maka untuk memahami hakikat kebenaran seseorang harus terbebas dari Emosi juga perasaannya, Prilaku dan juga kepentingannya, ironi berfikir inilah yang membuat seseorang sulit berfikir, menyimpulkan dan bertindak secara benar, sebagai buah dari penyimpangan logis akhirnya terjerambab kepada kesalah memahami hakikat kebenaran.

Sebelum kita melanjutkan, saya ingin pembaca memperhatikan satu Quotes filsafat ;
"Kebenaran itu dari kebenaran dan untuk kebenaran."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline