Lihat ke Halaman Asli

Glenn Jolodoro

Konsultan Komunikasi di Diginusantara

Sustainability Science: Tantangan Keberlanjutan Indonesia dalam area Yuxi Circle (Bagian 1)

Diperbarui: 12 Juni 2024   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Nasa dan personal editing.

Inilah Lingkaran Yuxi atau yang disebut Yuxi Circle. Lingkaran imajiner Yuxi memiliki radius 4.000 km yang berpusat di kota Yuxi, China. Lingkaran ini adalah rumah dari 55% penduduk dunia, dimana tidak ada kawasan di dunia yang lebih padat dari kawasan Yuxi. Di dalamnya terdapat negara dengan populasi terbesar di dunia seperti China, India, Indonesia dan beberapa negara lain dengan total lebih dari 4,32 Milyar populasi. Lingkaran kepadatan Yuxi cukup jauh berbeda jika dibandingkan dengan Lingkaran Cairo (Mesir) yang menjangkau sebagian kawasan Afrika, Timur Tengah dan sebagian besar Eropa dengan kepadatan "hanya" 2,3 Milyar populasi dengan radius yang sama. Di sisi lain dunia, Lingkaran Mexico City yang mencakup seluruh Amerika, sebagian Kanada dan beberapa negara di Amerika Selatan hanya memiliki populasi sekitar 730 juta penduduk (Alasdair Rae, 2022). Kondisi ini mendandakan bahwa Lingkaran Yuxi perlu diamati lebih dalam karena membutuhkan lebih banyak sumber daya, menghasilkan lebih banyak residu dan permasalahan sosial yang lebih dinamis dibanding kawasan lain di dunia.

Dalam fisika klasik, atau yang kita kenal sebagai Hukum Termodinamika Kedua menyatakan bahwa entropi dalam suatu sistem akan terus meningkat seiring waktu dan tidak akan pernah berkurang (Borgnakke, 2008). Alam semesta bergerak menuju kondisi ketidak aturan, tidak terkecuali bumi dimana kita berada (Wood, 2022). Sejarah mencatat setidaknya sudah terjadi lima kali kepunahan masal sejak kelahiran bumi 4,5 milyar tahun lalu (Ritchie, 2022). Dan saat ini, atau yang disebut era Antroposen (Lewis & Maslin, 2015), dimana manusia memiliki peran sentral dalam mempercepat atau memperlambat entropi bumi, umat manusia menemukan dilema besar, yaitu antara berjuang hidup sejahtera namun disisi lain berdampak memperbesar entropi yang berarti mempercepat aktivitas kepunahan keenam (Wallace-Wells, 2019). Kompleksitas menahan entropi selama mungkin akan lebih dirasakan oleh penduduk yang berada di kawasan Yuxi Circle, bukan hanya karena jumlah populasinya, namun besarnya jumlah manusia yang masih dibawah standar kelayakan hidup memaksa negara-negara di lingkaran ini untuk lebih memanfaatkan sumber daya alam sebagai alat untuk mengobati masalah kelayakan hidup manusia.

Indonesia tidak bisa lagi melihat agenda Sustainability Development Goals (SDGs) secara linier tanpa melihat geopolitik atau hubungan multilateral sebagai suatu negara. Agenda-agenda internal akan mendapat intervensi dari situasi eksternal, khususnya situasi di lingkaran Yuxi. Beberapa contoh, seperti masalah kemanusiaan Rohingya, Belt and Road Intiative dari China, ketegangan di Laut China Selatan, sampai ketersediaan beras di daratan Asia memberi pengaruh yang cukup signifikan bagi situasi di Indonesia (Carollina, 2021). Maka, dinamika di lingkaran Yuxi perlu dianalisis secara cermat agar Indonesia dapat mengidentifikasi apa saja ancaman ataupun peluang yang bisa dikelola lalu dikonversi menjadi dampak yang positif untuk masyarakat Indonesia.

Analisis Populasi dan Demografi
Secara agregat, pertumbuhan populasi di lingkaran Yuxi diprediksi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dunia. India misalnya, akan memiliki populasi sekitar 1,67 Milyar penduduk di 2050 nanti. Ledakan populasi India merupakan situasi yang perlu dicermati, di satu sisi India memiliki beban ketimpangan sosial, di sisi lain jumlah populasi yang berkualitas juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Sangat memungkinkan bagi India untuk mengakusisi kapasitas SDM di negara-negara yang belum memiliki SDM yang memadai. Secara kasat mata populasi India cukup menyebar di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura. Beberapa perusahaan di Indonesia misalnya, sudah menjalin kerjasama dengan cukup banyak talenta India dengan alasan kapasitas dengan harga terjangkau.

Penduduk China diperkirakan tidak akan bertambah dalam waktu 25 tahun ke depan. Populasi China malah cenderung menurun dari 1,43 Milyar di tahun 2022 menjadi 1,32 Milyar di tahun 2050. Walaupun tidak signifikan, namun depopulasi diperkirakan akan mengganggu produktifitas secara internal. Angkatan produktif saat ini tidak secara simetris tergantikan dengan angkatan produktif di masa depan. Pilihan logis China adalah memberi insentif bagi penduduknya untuk mendorong tingkat fertilitas dan menggenjot pemberdayaan teknologi dalam rangka menggantikan SDM yang hilang.

Indonesia perlu menyadari bahwa level kompetisi kehidupan di Lingkaran Yuxi cenderung lebih keras dibanding area manapun di dunia.

Hal serupa juga akan dialami oleh Indonesia. Indonesia berangsur-angsur melewati kurva bonus demografi sehingga pertumbuhan penduduk tidak mengalami lonjakan secara signifikan. Tahun 2050 Indonesia diprediksi memiliki penduduk tidak lebih dari 320 juta penduduk (Du, 2023), atau hanya beranjak tidak lebih dari 15% dari jumlah saat ini. Angka penduduk produktif diperkirakan tidak sebesar saat beberapa tahun belakangan. Indonesia juga harus menanggung para generasi milenial yang sudah menua dan tidak produktif. Hal ini perlu diwaspadai dengan cara meningkatkan level produktifitas generasi Z dan generasi Alpha setinggi mungkin, agar keberlanjutan produktifitas paska program Indonesia Emas 2045 tidak antiklimaks.

Indonesia perlu menyadari bahwa level kompetisi kehidupan di Lingkaran Yuxi cenderung lebih keras dibanding area manapun di dunia. Sumber daya alam yang terbatas diperebutkan oleh terlalu banyak populasi yang dapat berpotensi terjadinya pelanggaran hak individu, kelompok bahkan sampai level negara. Kita menyaksikan bagaimana perebutan hak atas Laut China Selatan menjadi isu yang cukup serius di kawasan ASEAN, konflik India dan China di perbatasan, tragedi kemanusiaan Rohingya menjadi bukti bahwa sumber daya yang terbatas akan menimbulkan pertikaian. Dengan begitu, kemandirian sumber daya antar negara menjadi tantangan bersama bagi negara di seluruh dunia, khususnya di dalam Lingkaran Yuxi untuk bisa mengelola sumber daya secara bijak dan efisien. 

Tulisan ini akan berlanjut pada bagian ke-2, yang membahas tentang situasi sumber daya di negara-negara besar dalam lingkaran Yuxi.

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline