Lihat ke Halaman Asli

Slideshow: Klenteng Ling Gwan Kiong

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_73944" align="alignright" width="300" caption="Gapura klenteng yang menghadap bekas pelabuhan Buleleng difoto dari dalam klenteng ©Mamak Ketol™"][/caption] Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong berlokasi di Jl. Erlangga no. 65 Singaraja – Bali. Klenteng dengan warna merah mencolok ini letaknya berhadapan dengan bekas pelabuhan laut Buleleng yang sangat bersejarah. Bupati Buleleng Drs. Putu Bagiada, MM meresmikannya pada penanggalan Imlek Cit Gwee 10 – 2555 atau tanggal 25 Agustus 2004.

TITD ini dilengkapi dengan gapura dan taman yang resik. Untuk sampai ke bangunan utama, kita harus melewati jembatan kecil yang kiri kanannya dihiasi dengan ornamen naga yang sangat indah. Di dinding tembok sebelah kanan terdapat mural yang menggambarkan pemandangan laut, air terjun dan rumah pantai khas Tiongkok.

Setelah menuruni jembatan, kita akan langsung berhadapan dengan kolam teratai yang pada saat itu sedang berbunga. Ada dua patung singa berwarna keemasan yang dipajang di depan pintu masuk utama. Di sebelah kiri dan kanan pintu terdapat lukisan sosok lelaki berkuda. Selain lukisan ada juga beberapa mural dalam bentuk miniatur seperti figur kakek dengan seekor angsa.

Begitu memasuki klenteng, suasana sejuk langsung terasa. Pertama mungkin karena klenteng itu baru saja dipel, dan kedua karena arsitektur dari bangunan itu sendiri. Konon kabarnya (CMIIW) klenteng Ling Gwan Kiong merupakan satu-satunya klenteng di Indonesia yang memiliki bagian atap yang terbuka.

Daun pintu dihiasi lukisan penjaga dengan pakaian hitam lengkap dengan senjata. Sepertinya setiap senti dari dinding klenteng tak luput dari lukisan dan tulisan dalam karakter Cina.

Di salah satu pojok terdapat gendang hitam. Meskipun tempat ibadat ini relatif baru, beberapa koleksi perabotannya masuk dalam kategori antik. Lihat saja lampu gaya Belanda dan Tiongkok yang tergantung di langit-langit itu. Bahkan ada benda yang berusia lebih dari satu abad, seperti lonceng yang dibuat pada tahun 1800 di Kent, Inggris.

Perlu diketahui bahwa semenjak tahun 1800an, pengaruh Islam di Singaraja sudah sangat terasa. Keberadaan mesjid dan klenteng Ling Gwan Kiong merupakan salah satu wujud dari nyama-braya (kerukunan antar umat beragama dan antar etnik). Ingin tau lebih banyak tentang klenteng ini? Silahkan simak slideshow berikut. Enjoy!

Catatan: Sehubungan dengan tahun baru Imlek dan hari Kasih Sayang yang jatuh bersamaan, pada hari ini setiap falcon akan memperoleh voucher gratis untuk ber-dancing on ice di Kuta (Kutub Utara). Voucher berlaku untuk dua orang tidak termasuk tiket pesawat ;). Info selanjutnya silahkan klik video (dengan musik) berikut ini. Video: Hasil kerjasama antara Mamak Ketol dan JibJab. Termotivasi oleh tulisan Pepih Nugraha:

"Menulis, tentu saja tidak sekedar menulis opini atau pendapat yang menjadi kekayaan intelektual pribadi Anda sesuai kapasitas dan minat Anda. Menulis bisa melebar kepada apa yang menarik buat Anda, meski tidak harus berpretensi “menjual” gagasan atau opini. Anda mengungkapkan permainan rasa seperti susah, bahagia, geram, kagum, jengkel, dan berjuta-juta permainan rasa lainnya, dalam bentuk tulisan, adalah kegiatan yang tak kalah kerennya dengan menulis opini yang kerap dilekatkan dengan aroma intelektualitas. Menulis adalah intelek, meski itu hanya mengungkapkan perasaan Anda. Anda suka keindahan kata-kata, puisi adalah eskapisme yang tepat untuk Anda. Anda punya talenta merekonstruksi peristiwa dalam sebuah cerita penuh konflik, cerpen dan cerbung adalah ekspresi Anda yang paling tepat. Kompasiana menampung semua itu." (my italics)



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline