Biasanya tulisan yang masuk HL adalah tulisan yang betul-betul bermanfaat dan sedang up to date (lagi hangat). Namun sayang, terkadang atas nama kehangatan (up to date) berita, admin Kompasiana lupa atau sengaja untuk tidak melakukan cross check isi tulisan dengan sumber-sumber yang dikalim penulisnya. Bukannya memberi pencerahan, hal ini justru merupakan pembodohan bagi pembaca. Sungguh fatal, dan ini suatu kecerobohan admin Kompasiana yang selama ini terkenal cukup jeli dan smart dalam memilih tulisan-tulisan HL. Terpaksa pada hari ini, saya harus mulai meragukan ketelitian dan kepiawaian admin dalam menentukan tulisan layak HL. Kecerobohan admin tersebut bisa dilihat dalam salah satu tulisan yang masuk HL pada hari ini, berjudul: "Letusan Kelud 1919: Mana Yang Benar 1 Maret atau 19 Maret?" Pada awal paragraf, penulisnya (Nurkholis) mengkalim mengambil data dari Wikipedia, dengan menyebutkan bahwa menurut Wikipedia Letusan Kelud tahun 1919 terjadi pada tanggal 1 (maret/mei?). Penulis juga mengatakan bahwa BANYAK referensi yang menyebutkan letusan terjadi tanggal 19 maret 1919. Baiklah saya kutip saja :
"Banyak referensi artikel yang mengulas letusan gunung Kelud tahun 1919 yang mencantumkan tanggal 19 Maret. Baik artikel lokal maupun internasional namun dalam Wikipedia malah menggunakan tanggal 1 yang merujuk pada artikel luar negri."
Paragraf selanjutnya berisi analisa penulis untuk menentukan tanggal mana yang kira-kira benar terjadinya letusan Kelud 1919: 19 maret ataukah 1 mei? Setelah saya coba melihat sumber wikipedia yang disebutkan penulis, ternyata yang tercantum sungguh berbeda: bukan 1 maret, bukan 1 mei, bukan juga 19 maret. Yang benar adalah tanggal 19 Mei 1919; bisa dilihat di sini. Terbukti jelas, penulis (Nurkholis) cuma asal menggunakan nama besar Wikipedia, tanpa ia sendiri membaca wikipedia. Demikianpun,sebagaimana kutipan di atas, dikatakan bahwa banyak sumber yang menyebut letusan terjadi tanggal 19 maret 1919. Ketika saya coba memasukan kata kunci "kelud march 19 1919" di mbah google, tidak ada satu sumber atau referensi pun yang mengonfirmasi tanggal tersebut sebagai tanggal letusan (erupsi) Kelud. Yang muncul adalah tanggal 19 Mei 1919. Dengan demikian, lagi-lagi penulis (Nurkholis) membuat kebohongan alias sedang membual. Kebohongan-kebohongan tersebut kemudian membuat analisa penulis dalam paragraf selanjutnya menjadi tidak ada manfaatnya. Dua fakta kebohongan ini mestinya bisa ditemukan oleh admin, jika mau sedikit membuka mbah GOOGLE. Sayangnya, admin kelihatan begitu terpesona dengan kehangatan berita dan tampilan tulisan yang penuh dengan screen shot.Janganlah pembaca dibodohi dengan fakta yang tidak benar. Baru-baru kita dikejutkan dengan plagiarisme tulisan dosen UGM Anggito Abimanyu. Jangan lagi pembaca dibodohi dengan tulisan yang referensinya palsu. Semoga di lain waktu admin bisa lebih sedikit jeli dan SMART untuk menentukan tulisan yang layak HL. Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H