Beberapa hari lalu saya ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di daerah saya. Ketika melewati toko buku Books & Beyond, saya sungguh kaget. Toko buku ini mengadakan closing sale up to 80%. Artinya toko akan segera tutup permanen.
Padahal di daerah saya, Cikarang, toko buku bisa dihitung dengan jari sebelah tangan saja. Dan di pusat perbelanjaan ini hanya itu toko buku satu-satunya.
Bersamaan dengan itu, media online ramai membicarakan Toko Gunung Agung yang juga berencana menutup semua gerainya. Yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan semua itu?
Menurut hemat saya, tutupnya toko buku tidak semata karena rendahnya literasi masyarakat (sedari dulu memang rendah ya?). Tapi ada hal lain yang ikut berperan.
Dari pengamatan kecil saya, ada 3 perubahan dan pergeseran perilaku masyarakat :
1. Beralih ke e-book
Perlahan tapi pasti masyarakat mulai beralih ke e-book atau buku digital. Teman saya yang memang mobilitasnya tinggi sudah lama beralih ke e-book.
Memang dengan adanya e-book memudahkan banyak hal. Kita tak lagi membeli buku secara fisik yang harus ditenteng kemana-mana. E-book bisa dibaca dimana saja tanpa memberatkan barang bawaan.
E-book pun tidak memerlukan ruang penyimpanan. Dengan demikian, lebih hemat pengeluaran untuk membeli lemari dan rak buku. Potensi buku rusak, dimakan rayap, menguning dan seterusnya pun tidak menjadi beban buat pemilik.
Saya yakin diluar sana banyak orang yang mulai beralih ke e-book meskipun saya sendiri masih suka dengan buku fisik. Mungkinkah nanti buku akan dicetak on demand?