Lihat ke Halaman Asli

MomAbel

TERVERIFIKASI

Mom of 2

Pengalaman Apendiktomi dengan Laparoskopi

Diperbarui: 13 Desember 2021   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Apendiktomi dengan laparoskopi (Sumber: Shutterstock via sains.kompas.com)

Sudah di penghujung tahun 2021, ternyata ada kejutan dalam hidup saya. Nyeri perut yang membuat saya harus menjalani appendiktomi.

Saya sering mendengar operasi usus buntu atau apendiktomi. Ini bukan sesuatu yang asing. Tapi tak pernah terbayangkan jika saya harus menjalaninya juga. Hiks.

Baca diary saya tentang ini sebelumnya : klik di sini

Sekilas tentang appendisitis dan apendiktomi

Dilansir dari Alodokter, apendiktomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat usus buntu atau umbai cacing (appendix) yang telah terinfeksi (appendisitis).

Appendisitis bisa bersifat kronis dan juga akut. Gejalanya sering tidak kita sadari. Seperti yang terjadi pada saya. Saya hanya mengalami demam ringan, tidak enak badan, perut kembung, lemas, mual, dan dua kali seperti kram perut.

Sebenarnya gejala tak enak badan, perut kembung, dan mual sudah lama sering saya rasakan. Hanya saja saya tak pernah berpikir ke arah radang usus buntu atau appendisitis.

Saya menduga appendisitis ketika gejala yang sudah spesifik, yaitu nyeri di perut sebelah kanan bawah. Bersyukur, saya langsung periksa hari itu juga dan tidak menundanya sehingga cepat terdiagnosa.

Banyak kasus appendisitis yang terlambat karena ketidaktahuan pasien. Dulu kakak saya waktu SMA terdiagnosa appendisitis sudah dalam kondisi gawat. Bahkan apendiktomi harus dilakukan secepatnya di hari Minggu.

Seingat saya, kakak saya sudah mengalami demam tinggi dan mengigau. Radang usus buntunya sudah sangat parah dan terancam pecah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline