Sabtu pagi kemarin (10/7) adalah hari bahagia saya karena selesai melaksanakan vaksin Covid-19 kedua. Ya, segitu bahagianya saya untuk hal yang sebenarnya biasa saja ini. Hal yang biasa ini mampu mengurai sedikit benang kusut kecemasan yang saya rasakan saat ini.
Rasanya plong! Lega karena setidaknya satu upaya baik sudah saya lakukan untuk melawan ganasnya virus corona.
Perjuangan Bersama Anak-anak
Pagi itu saya bangun pagi, namun anak-anak belum bangun. Apalagi si bungsu yang masih pulas. Akhirnya suami pergi untuk mengantri duluan di tempat vaksinasi. Kali ini tempat vaksinasi dilaksanakan di lapangan futsal kecamatan.
Jam 7.30 kurang, suami menelepon untuk menyusul. Saya pun segera melakukan "akrobat" menyiapkan diri dan memandikan anak-anak. Saya sudah beritahu anak-anak sebelumnya jika hari ini mama dan papa akan vaksin.
Setelah siap semuanya, saya langsung menyusul. Anak-anak terpaksa saya bawa karena kami tak punya pengasuh dan pembantu. Rencana mereka akan menunggu di mobil.
Setelah semua sudah beres, eh si bungsu rewel tidak membolehkan saya ikut vaksin. Duh. Saya tetap saja menyetir mobil dan mengabaikan rengekannya. Di tengah jalan, baru dia minta makanan yang ada mainan. Aduh, repot bener ya?
Akhirnya saya mampir dulu ke gerai drive-thru ayam goreng. Artinya saya harus berputar jauh. Sampai tempat vaksin, suami sudah selesai menerima vaksin. Saya sudah keselip antrian di belakangnya. Untung saja ketika mengatakan ke petugas saya terlewat antrian diperbolehkan duluan.
Baca juga :
Tak Perlu Takut Vaksin Covid-19, Ini Efek Samping yang Saya Rasakan
Mungkin karena energi saya sudah lumayan terkuras, saya sedikit mudah emosi. Waktu itu petugas mengatakan saya harus memegang kain tensimeter. Saya sudah tahan tapi ternyata lepas karena memang perekat kainnya sudah tidak berfungsi baik.