Dibesarkan dalam budaya Jawa membuat saya "kaya" dengan banyak filosofi hidup. Secara singkat, padat, dan jelas, filosofi Jawa diajarkan lewat peribahasa.
Peribahasa Jawa meskipun sederhana, tapi maknanya sangat dalam. Bahasa Jawa sendiri saya pelajari hingga di bangku SMP. Karenanya, ada beberapa peribahasa yang saya ingat dan terus saya hidupi hingga sekarang.
Beberapa yang saya ingat, satu diantaranya adalah "jer basuki mawa beya" . Peribahasa ini hampir semua orang Jawa orang tahu. Teristimewa bagi saya peribahasa ini sudah menjadi salah satu prinsip hidup.
Makna "Jer Basuki Mawa Beya"
Secara harafiah, kalimat "jer basuki mawa beya" sebagai berikut :
jer : memang
basuki : sukses, berhasil, bahagia, enak
mawa : membutuhkan, perlu
beya : biaya, dana, harga
Jadi, secara sederhana peribahasa ini berarti bahwa kesuksesan itu membutuhkan biaya.
Sedangkan, secara mendalam "beya" yang berarti biaya, dana, dan atau harga tidak selalu diartikan dalam hal materi atau uang. Secara luas, "beya" menunjukkan adanya sebuah pengorbanan. Bisa pengorbanan secara materi, namun bisa juga doa, waktu, perjuangan, kerja keras, dan lain-lain.
Singkatnya, jer basuki mawa beya berarti bahwa sebuah pencapaian itu membutuhkan pengorbanan. Oleh karena itu, kita harus gigih untuk berusaha dan memperjuangkannya.
Peribahasa ini sering mengingatkan saya bahwa jika kita tidak melakukan apa-apa tentu juga tak ada mendapatkan apa-apa. Ibaratnya hidup enak itu bukan sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit. Namun, ada usaha yang menyertainya.
Pengorbanan vs Privilege