Lihat ke Halaman Asli

MomAbel

TERVERIFIKASI

Mom of 2

Berkacamata Itu Repot, Sebaiknya Dicegah Sejak Kecil

Diperbarui: 8 April 2019   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com (Pexen Design)

"Kak, sudahan Youtube-annya, nanti matanya rusak. Harus pakai kacamata loh!" Kalimat tersebut sering saya lontarkan ke anak saya (8 tahun) ketika bermain gadget terlalu lama. Namanya anak-anak belum bisa membatasi diri menjadikan saya seorang "mama cerewet".

Menjadi cerewet sih rasanya "tugas" seorang ibu karena pada dasarnya cerewet adalah tindakan mengingatkan anak secara berulang-ulang. Saya sih santai, tapi yang membuat saya sedikit kaget adalah ketika si sulung protes: "Nggak apa pakai kacamata, mama juga pakai!". DUARRRRRR... serasa dicubit keras sama anak sendiri. Yeah, terkadang secara tidak sadar kita menasehati tanpa melihat ke diri sendiri hehehe

Baiklah, akhirnya saya harus menjelaskan dengan sederhana bahwa berkacamata itu ribet dan sangat merepotkan. Itu yang saya rasakan karena saya mulai memakai kacamata setelah kerja kantoran. Waktu itu pekerjaan saya lebih banyak di depan komputer dengan dokumen berjibun.

Saat itu ada rasa denial buat saya untuk pertama kali harus memakai alat bantu tersebut. Rasanya aneh dan kemana-mana harus dipakai. Kesannya saya adalah orang yang serius. Saya pernah mencoba softlens dan merasa tertolong karena tidak terlihat mempunyai mata minus. 

Tapi akhirnya saya kapok memakai softlens karena infeksi serius dan harus operasi mata (yang menakutkan). Sekarang hanya berani memakai softlens yang daily use saja.

Ah, tapi jaman sekarang kan canggih karena sudah ada lasik untuk menghilangkan minus. Hmmm... Lasik (laser-assisted in situ keratomileusis) itu tidak murah dan tetap ada resiko juga. Lasik pun tidak bisa untuk anak-anak yang ukuran bola matanya masih berkembang hingga usia 18 tahun. Karena itu, jika mata anak sudah minus tidak ada jalan lain, selain harus memakai kacamata.

Pokoknya buat saya berkacamata itu repot, harus rajin membersihkan lensa, kacamata renang yang minus sering susah dicari, jika makan makanan yang berkuah panas harus dilepas, dan seterusnya.

Itulah yang membuat saya berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah jangan sampai mata anak-anak  saya minus dan harus berkacamata. 

Terlebih pengalaman teman saya yang berkacamata sedari kecil, dia bercerita bahwa minusnya selalu bertambah dari tahun ke tahun hingga di usia dewasa minusnya mencapai belasan.

Nah, yang jadi masalah sekarang adalah pergaulan dan permainan anak sekarang. Tiap hari maunya pegang gadget atau main game komputer. Sementara bermain bersama teman seperti masa kecil saya bisa dikatakan tidak pernah. Karenanya, saya akalin bagaimana supaya anak saya tetap sehat matanya.

Berikut beberapa yang saya lakukan:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline