Setelah 10 hari tayang di bioskop, akhirnya saya kesampaian mengajak anak saya nonton film Naura dan Genk Juara. Dan sepertinya film ini sudah berhari-hari jadi "hot topic" yang cenderung kurang baik di media sosial. Saya sebenarnya tidak tahu film ini sedang tayang. Istilahnya saya "kudet" alias kurang update. Sementara itu anak saya tidak tahu siapa Naura. Sedangkan saya tahu Naura hanya sebatas bahwa dia adalah penyanyi cilik dan anak dari Nola B3 (B3 adalah grup vokal ngetop jaman saya masih ABG hehe...).
Sehari sebelum nonton, saya ajak anak saya yang kelas 1 SD untuk lihat trailernya di Youtube. Eh, dia langsung nolak dan nggak mau nonton. Katanya takut karena ada "bad guy"nya (Trio Licik). Selain itu, anak saya maunya nonton film kartun saja, takut dengan film bukan kartun yang berantem-berantem. Ah, ya sudah saya nyerah deh untuk merayu! Padahal saya ingin sekali mengenalkan film anak Indonesia kepadanya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Begitulah kira-kira. Hari ini saya ajak ke sebuah toko buku. Tidak tahunya, ada berbagai merchandise yang dijual disana. Warnanya menarik dan girly. Dari topi, tas, CD, dan buku. Jadilah anak saya jatuh cinta. Dia bilang mau beli buku Naura, CD, dan topinya. Setelah itu, baru ribut minta nonton filmnya. Duh, dasar anak-anak ya! Saya cek jadwal bioskop sebelah, ternyata pas jam tayang dan cuma ada 1 kali. Mungkin memang jodoh untuk nonton, saya cek jadwal bioskop di mall yang lain lagi ternyata ada yang tayang sore. Hmmm... langsung deh cus menuju kesana.
Antusiasme Anak-Anak
Saya pikir pasti sepi yang nonton film ini karena sempat ada ajakan untuk boikot via media sosial. Eh, ternyata nggak juga! Kurang-lebih 70% kursi terisi. Bahkan saat saya beli tiket 2 jam sebelum tayang, banyak kursi yang sudah terjual. Dan herannya lagi, anak-anak terlihat tidak sabar untuk masuk ke bioskop. Belum dibuka, mereka sudah berdiri di depan theatre karena ingin masuk.
Naura dan Genk Naura (NGN)
Awal film ini mengingatkan akan Science Fair di sekolah anak saya. Berbagai ekperimen ilmiah ditampilkan. Setelah itu, saya jadi emak-emak baper. Adegan betapa rempong dan betapa kuatirnya seorang ibu yang akan ditinggal anak kemah 2 hari itu mengena sekali. Apalagi dilakukan sambil bernyanyi. Duh, baper berat!
Setelah itu saya menikmati seluruh cerita bersama anak saya. Anak saya kadang tertawa geli, ketakutan, ceria, dan berdendang saat ada lagu. Beberapa kali dia bertanya arti kalimat-kalimat yang ada.
Saya sungguh terkesan dengan film ini. Kehidupan generasi anak masa kini yang digambarkan secara komprehensif. Anak-anak yang energik, berbekal ilmu pengetahuan, bisa mengaplikasikan teknologi modern, namun tetap mau mencintai alam dan berkarakter.
Pentingnya ilmu pengetahuan akan membuat anak termotivasi untuk belajar di sekolah. Film ini juga menggambarkan bahwa kecanggihan teknologi (smartphone, drone, GPS, Ipad) bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat. Bukan hanya untuk bermain game atau sekedar menonton Youtube.
Dengan mengambil setting lokasi di hutan, menjadikan film ini terasa "segar". Mengeksplor betapa hijaunya hutan kita, indahnya danau, dan aneka satwa yang harus dilindungi, menunjukkan betapa negara kita kaya dan indah.