Mengapik embun panas
Mengait jemari yang lugas
Semua jelas tentang siapa kita sebenarnya
Tentang saling yang terlalu jelas diutarakan pada kain bekas darah pengakuan menjadi 'berdua'
Hingga kata 'milik' tak perlu dibayar mahal
Semua lunas dengan cinta yang dinafaskan
Setiap hari, setiap malam terisi dahaga, pun tanpa celah kenyamanan
Suguhan-suguhan rayu menyenangkan, menyuapi aku dan kamu bergantian
Tanpa tidak dan titik pemberhentian
Pun elok 'kita' tak pernah mengerti 'sudah' pada esok, pun belok melepas kait dengan mengunci pintu sukma
Hingga masing-masing kokoh terluka parah di dunia berbeda
Sebab menyongsong aku tanpa lagi kita
Itulah ranumku, yang tuan sebut doa manis,
Agar kita menjadi 'selamanya'
Terikat aku, terbelenggu pada nyanyian lembut malammu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H