Terkadang kita sebagai perempuan yang memiliki kecantikan yang berlebihan akan menimbulkan banyak masalah bahkan banyak menimbulkan pertumpahan darah seperti kisah Putri Sanggar BIMA NTB "Dae Minga" yang menjadi perbutan pemuda Sanggar dan Dae Minga terpaksa menghilang dari muka bumi agar tidak ada lagi pertumpahan darah antara pemuda-pemuda sanggar. Berikut kisahnya
Dae Minga adalah cerita misteri Keraja'an Sanggar BIMA NTB. Cerita Dae Minga ini adalah putri Sanggar yang di buang karena memiliki paras yang sangat cantik sehingga ia di juluki "Oha Ra Ngaha Ninu Oi Nono" artinya tenggorokan nya bening sehingga makan dan minum yang di telan terlihat sangat jelas.
Pada zaman kerajaan Sanggar,yang bernama "Dae Minga" putri kerajaan yang sangat cantik paras nya,putih kulit nya dan sangat panjang pula rambut nya sehingga para pemuda kerajaan sanggar ingin sekali menikahi nya tetapi sangking banyak yang ingin menikahinya jadilah putri kerjaan Sanggar ini di perbutkan banyak pemuda hingga ada peperangan yang mengakibatkan pertumpahan darah.
"Sang putri" setiap hari mandi di oi sori sabu atau sungai sabu dekat istana. Kesempatan putri untuk mandi di sungai rupanya di manfaatkan oleh banyak pengeran yang berusaha menatap cantiknya paras sang putri hingga di suatu ketika muncul peperangan antar pemuda sanggar dan salah satu satu pemuda ada yang terbunuh.
Putri sangat cemas dia merasa bersalah akibat parasnya yang terlalu cantik menimbulak perkelahian antar pemuda sanggar. Oleh orang tuanya dia di sembunyikan di lubang padi,untuk menghindari fitnah. Rupanya perang tanding antar pemuda sanggar berlanjut,bahkan mereka membuat kesepakatan siapa yang menang akan menikahi sang putri "Dae Ming".
Raja cukup sulit mengatasi permasalahan yang tersebut,jika ia salah mengambil keputusan bisa berujung peperangan antar kerajaan,yang akan mengakibatkan kerajaan sanggar akan hancur. Raja bermusyawarah dengan para pembesar istana. Pilihan nya ternyata amat menyakitkan hati sang putri,bahwa pada perbincangan tersebut sang putri jarus di buang ke tempat yang tinggi dan sangat jauh yaitu "Moti Lahalo" sebuah danau bekas letusan gunung Tambora.
Mengetahui itu,sang putri sangat sedih dan terpaksa ia berkata "Demi kehormatan kerajaan sanggar" saya siap berkorban dan saya siap untuk di hilangkan di muka bumi ini. Mendengar kata sang putri seluruh rakyat menangis haru. Ketika tiba waktuny sang putri akan di buang ribuan rakyat mengiringi dengan tarian dan nyanyian perpisahan inde ndua,yang mendayu-dayu putri bersama raja menuju puncak Tambora.
Mereka telah tiba siang hari di pantai "Moti Lahalo. "Dae Minga" berdiri di atas batu susun tujuh dan mengatakan kata-kata perpisahan, "Wahai seluruh rakyatku,biarlah aku yang mengalami nasib seperti ini jangan lagi di alami oleh kalian. Kecantikan akanku bawa semua,seandainya kalian cantik akan tetapi kalian tidak terlihat anggun,seandainya kalian anggung tapi tidak terlihat cantik", Begitulah kata-kata perpisahan dari sang putri.
Usai mengucapkan salam perpisahan sang putri bersujud di kaki orang tuanya sembari menangis. Lalu sang putri menuju peti yang sudah di sediakan dan masuk kedalamnya. Terdengar dengan jelas suara tangis memilukan sang putri saat peti di tutup dan perlahan di hanyutkan ke "Moti Lahalo".
Orang sanggar dulu percaya bahwa "Dae Minga" masih hidup secara gaib dalam satu kerajaan di puncak Tambora. Dia kedap muncul di sa'at-sa'at tertentu dan hanya bisa di lihat oleh orang-orang yang beruntung.
Begitulah kisah pilu "Dae Minga" yang harus rela di musnahkan demi menjaga nama baik kerajaan dan demi perdamaian para pemuda Sanggar.