Membaca buku Sejarah perbukuan : kronik perbukuan Indonesia melewati tiga zaman, sungguh mengasyikkan, seakan terlena dengan suasana perjalanan perbukuan dari masa ke masa, dan saya membacanya dengan cara era digital yaitu buku digital dalam bentuk pdf.
Buku adalah perilaku budaya; buku adalah proses produksi budaya; dan buku adalah produk budaya. Bangsa yang berbudaya ialah bangsa yang menggunakan buku sebagai kendaraan kemajuannya, demikian pernyataan Ignas Kleden.
Tanggal 18 Agustus 2022, saya mendapat kiriman buku (pdf) dari Bambang Trims. Buku berjudul Sejarah Perbukuan : kronik perbukuan Indonesia melewati tiga zaman ditulis sendiri oleh Bambang Trimansyah atau dikenal dengan nama pena Bambang Trims, diterbitkan oleh Pusat Perbujuan. Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan.
Diterbitkan 16 Agustus 2022. Bagi saya kiriman buku ini merupakan hadiah di Hari kemerdekaan RI ke-77, kado di Hari Kemerdekaan untuk lebih memahami sejarah perbukuan di Indonesia.
Bambang Trims adalah seorang editor yang memulai kariernya sejak tahun 1995 dan telah menghasilkan ratusan karyanya yang telah disunting dan diterbitkan.
Juga sebagai penulis yang telah menghasilkan 200 judul buku sejak tahun 1994. Banbang Trims merupakan suhunya penerbitan, yang aktif berbagai dalam bidang penulisan dan penerbitan, dan memberikan pembimbingan ke seluruh Indonesia
Dalam pengantar buku ini disebutkan, sejarah panjang perbukuaan di Indonesia menyiratkan bahwa budaya buku cetak (baca-tulis) juga sudah berkembang di Indonesia sejak pertengahan abad ke-17, selanjutnya, budaya itu menguat pada awal abad ke-20 yang mendorong lahirnya kaum terpelajar di Indonesia. Sejarah perbukuan di Indonesia, dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian Pertama tentang Perbukuan sebelum kemerdekaan (1659-1945).
Masa ini merupakan masa pertama pada abad ke-17 atau pertengahan tahun 1600-an yang ditandai
dengan berdirinya institusi media (penerbit) mengiringi pencetak (percetakan) di Indonesia. Penerbitan awal didirikan oleh pengusaha Belanda, diikuti oleh pengusaha Tionghoa Peranakan, dan kemudian pengusaha pribumi. Masa ini berlangsung lama selama hampir tiga abad hingga masuk ke zaman pendudukan Jepang di Indonesia.