Lihat ke Halaman Asli

Masih Sinopsis

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah detik ketika pandanganku terlupa pada syariat, bahwa memandang yang bukan mahromku adalah syahwat, tapi mataku murni tidak bersyahwat. Mataku hanya tidak bisa lepas dari mengidentifikasinya, memastikan bahwa hidung, mata, alis hitam dan anggota tubuh lain di wajahnya yang kutangkap jelas adalah miliknya, milik wanita yang kuyakin adalah Dia, Dia yang pernah kukenal, yang pernah berdiam lama dalam sudut memoriku, yang kehadirannya selalu membuatku menahan diri untuk pulang tiap kali menghabiskan sore dirumah salah satu sahabat sekelas di SMA 39 selepas sekolah.

Dia adalah Wanita yang sangat kuhormati keshalehannya, dia yang tidak pernah meninggikan suara kepada siapapun, yang selalu bersedekah lewat senyumnya yang menentramkan, Dia yang selalu bergegas mencari penutup rambut tiap kali kami menerobos masuk ke kamar kakaknya, Dia yang tidak pernah bosan menghidangkan apapun untuk teman mengobrol kami, Dia yang selalu betah disamping Ibu, dan Dia yang namanya diam-diam selalu kubaitkan dalam puisi-puisi munajatku kepada Sang Rahman, tidak salah, hatiku melafalkan namanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline