Lihat ke Halaman Asli

Malisa Ladini

Mahasiswa S3

Optimalisasi AI dalam Penggunaan Drone dan Sensor di Bidang Pertanian dalam Pembangunan Sistem Pangan Indonesia 2030 Lebih Baik

Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inisiasi dari "Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia" mengasah kepekaan kita terhadap kondisi ketahanan pangan di Indonesia. Bagaimana tidak? Tantangan global dalam system pangan Indonesia menjadi salah satu pekerjaan penting bagi bangs akita. Siap tidak siap, kita harus menyesuaikan diri dengan penggunaan teknologi AI di bidang pertanian untuk memastikan aktivitas produksi, pemrosesan, distribusi, konsumsi, dan pembuangan produk pangan di Indonesia.

Tahukah kita bahwa produksi pertanian dunia bertumbuh hingga 54% dengan produksi hingga 9,5 miliar ton pada tahun 2021. Menurut Romouli, hasil produksi dari sektor pertanian itu disalurkan sebagai makanan, bahan pakan ternak, dan bahan di bidang industri.[1] Memang bisa dikatakan relatif tinggi. Produksi pertanian tentu masih jauh dari kata "cukup" untuk menyelesaikan kebutuhan pangan 9,6 miliar penduduk dunia hingga 2050 nanti. Menurut Tillman Produksi pangan akan terus meningkat bahkan 100%.[2] Banyak masalah yang timbul dari turunnya produksi pangan di dunia karena efek perubahan iklim. Selain itu materi yang disampaikan oleh Irfan Martino yang tertuang dalam Ketahanan Pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.[3] Hasil Survei Sitasi BPS Tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 89,54% lahan pertanian Indonesia berada pada status un-sustainable. Hal ini terutama disebabkan rendahnya produktivitas lahan, resiko akibat input kimia, dan isu konflik status kepemilikan lahan.

 

Permasalahan global di bidang ketahanan pangan juga mempengaruhi keberlangsungan ketahanan pangan Indonesia. Badan Pangan Nasional pada tahun 2018-2020 merilis info bahwa Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan pangan domestik. Berbagai jenis makanan utama di Indonesia masih sangat mengandalkan impor. Impor tersebut seperti misalnya kedelai sebanyak 80-90% impor, gula pasir dengan kisaran 65-70% impor, bawang putih juga mencapai angka 90-95% Sebagian besar impor dan daging sapi sekitar 25-30% juga mengandalkan impor. Bagaimana jadinya bangsa kita yang mengandalkan impor, jika produksi dunia mengalami gangguan, tentu system pangan negara kita juga akan ikut terganggu.

 

Risiko ketahanan pangan global mencuat karena rendahnya diversifikasi pangan dunia. Produk utama pertanian dunia seperti padi, sereal, gula dan minyak nabati. Di bidang padi-padian sebanyak 90% produksinya ialah jagung, beras dan gandum. Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa sangat ketergantungan dunia terhadap komoditas tertentu.

 

Jika melihat negara kita sendiri, permaslahan malnutrisi masih terus menghantui.  Setidaknya masih ada sekitar 23 Juta Orang Indonesia  yang tidak mampu mencukupi asupan gizi seimbang setiap harinya. Menurut Agustina,berbagai masalah yang timbul seperti stunting, obesitas, dan penyakit yang diawali dari pola makan.[4] Dari rentetan masalah ketahanan yang mengancam negara kita, kita perlu membuka diri dengan kecanggihan AI. Optimalisasi  AI (Artificial Intelligence) dalam Penggunaan Drone dan Sensor di Bidang Pertanian dapat menjadi Solusi nyata. 

 

 

Optimalisasi  AI (Artificial Intelligence) dalam Penggunaan Drone dan Sensor di Bidang Pertanian dalam Pembangunan Sistem Pangan Indonesia 2030 Lebih Baik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline