Pribadi Tercerahkan Penjaga Nalar Publik
Oleh: Malik Nur Halilintar
Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kehidupan sosial dan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya zaman; hingga abad ke 21 dan terjadinya revolusi Industri 4.0, peranannya menjadi sangat penting dalam melahirkan suatu opini publik tentang suatu fenomena.
Sebuah informasi yang terhegemoni akan menjadi pendapat publik yang dominan dan menjadi dasar dari terjadinya suatu perubahan sosial atau pergolakan sosial sebagai suatu respon bersama atas suatu fenomena. Sehingga kebenaran informasi menjadi hal yang paling krusial dan penting. Suatu masyarakat akan menuju ke orientasi yang salah jika merespon suatu informasi yang direkayasa dan jauh dari fakta yang seseungguhnya.
Hingga Populerlah istilah hoaks (berita bohong) yang merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Silverman (2015) mengungkapkan hoaks sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran.
Sudah menjadi barang tentu, hoaks dijadikan alat untuk merekayasa pendapat publik untuk tujuan politis maupun bisnis serta keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Publik Indonesia semakin tercengang dengan terungkapnya perusahaan bisnis jahat yang masif, terstruktur, dan sistematis untuk tujuan memproduksi dan mendistribusikan berita bohong untuk tujuan politis maupun ekonomis; terungkapnya kasus Saracen di akhir tahun 2017.
Praktis jasa tersebut berupaya mengeksploitasi reaktifnya masyarakat Indonesia dan berupaya mengelabui nalar masyarakat. Tentu melihat fenomena tersebut kehidupan masyarakat Indonesia khususnya menghadapi suatu persoalan bersama.
Masyarakat merupakan himpunan individu-individu maupun kelompok yang beragam. Sehingga inti dari masyarakat adalah individu-individu yang terhimpun didalamnya. Ketika masyarakat menghadapi persoalan bersama, tentu peranan individu-individu tersebut mutlak dan sangat diperlukan.
Kemampuan individu untuk menyelesaikan persoalan sudah tentu dipengaruhi oleh kesadaran; baik kesadaran merasa, berpikir, maupun bertindak. Sehingga untuk menanggulangi dampak bahaya dari hoaks diperlukan sekumpulan 'Pribadi tercerahkan' yang mampu memverifikasi kebenaran informasi disaat terjadi tsunami informasi, mengolah, dan mendiseminasikannya kepada masyarakat untuk melahirkan 'nalar publik yang factual dan didasarkan atas prinsip kebenaran'.
Pribadi tercerahkan penjaga nalar publik merupakan sebuah penggambaran paripurna tentang kualitas pribadi yang dibutuhkan dalam upaya perang melawan hoaks; berita bohong yang sengaja disebarkan. Pribadi tercerahkan merupakan abstraksi yang dipinjam dari konsep enlightment man Ali Syariati; yang menggambarkan karakteristik manusia yang menyadari suatu persoalan yang dihadapi dirinya dan masyarakatnya, mampu menalar persoalan dan strategi mengatasinya, serta disempurnakan dengan upaya aksi menyelesaikan persoalan bersama tersebut dengan ikut serta membangun masyarakat agar dapat bergerak bersama.
Sehingga yang dimaksudkan dalam pendapat saya ini adalah untuk menanggulangi hoaks diperlukan pribadi yang sadar, peduli untuk menalar setiap informasi, dan memiliki kemampuan untuk kembali mengkomunikasikan upaya kontra-hoaks kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya edukasi yang menyadarkan. Pribadi yang tercerahkan penjaga nalar publik memiliki kualitas-kualitas seperti berintegritas, mampu berfilsafat, dan komunikatif.