Lihat ke Halaman Asli

Maulana Malik I

Seorang Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Jakarta. Keseharian saya adalah membaca buku dan bercita-cita untuk masuk dalam tatanan perpolitikan tanah air untuk mengganti sistem yang usang.

Antara Covid-19, Ekonomi Politik, dan Dagelan Pemerintah Indonesia

Diperbarui: 1 April 2020   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Awan hitam menyelimuti dengan pekat langit dunia beberapa bulan terakhir, bukan perkara dunia ingin kiamat, karena dunia belum menghendaki hal itu. Juga bukan perkara adanya perang besar, seperti perang Bharatayudha --pandawa melawan kurawa- yang dinisbihkan sebagai peperangan kebaikan melawan keburukan. Akan tetapi, dunia menantikan keruntuhannya sendiri, yang ditengarai oleh makhluk berukuran nanometer"

Sebuah tragedi kemanusiaan pada abad-21 telah mencapai titik puncak ketika merebaknya ketakutan massal yang diproduksi baik oleh media cetak ataupun elektronik sudah tak terhindarkan. Dunia ramai-ramai memberikan sinyal bahwa di tiap-tiap bagian negaranya kini sedang melakukan isolasi besar-besaran untuk menutup kemungkinan penyebaran tragedi besar lainnya dalam sejarah umat manusia.

Covid-19 (Corona Virus Disease, 2019) sebuah penyakit yang sedang menjangkit hampir keseluruhan populasi masyarakat dunia. Covid-19 juga termasuk virus yang menyebabkan flu biasa dan virus yang menyebabkan infeksi yang lebih serius seperti sindrom pernpasan akut (SARS), yang disebabkan oleh SARS -Cov pada tahun 2002, dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang disebabkan oleh MERS -Cov pada tahun 2012. 

Tidak pandang bulu virus ini menghinggapi negara-negara besar dan adidaya. Per-tanggal 29 maret terdapat 662.073 kasus di 200 negara[1]. Awal pertumbuhan virus ini berkembang di Wuhan, Hubei, China, yang di mana virus tersebut ditularkan pertama kali lewat keseharian memakan daging mentah --ular, kelelawar, dsb- yang sudah menjadi hidangan setiap hari bagi warga China. Setelah terjangkitnya masyarakat China oleh virus corona, seakan alarm dunia dibunyikan dengan cepatnya. Betapa tidak, karena wisatawan dan orang-orang yang berdatangan dari China ke negara-negara lain sangatlah banyak dan belum ada pendeteksi khusus saat itu, ketika virus corona baru saja merebak. 

Tanggal 12 Maret 2020, WHO menyatakan bahwa Covid-19 merupakan pandemi global[2] yang hingga sekarang belum ada obat untuk menghentikan secara menyeluruh virus tersebut. Jika sama sama dilihat dan dicermati terdapat dua aspek yang sangat disoroti dengan adanya virus corona ini; yaitu aspek kebijakan publik dan ekonomi politik sebuah negara. 

Keadaan Ekonomi Politik Negara terdampak Corona

Kegiatan perekonomian sebuah negara sangat disoroti ditengah pandemi global ini. Bukan tidak mungkin suatu aktivitas ekonomi politik membutuhkan situasi kondusif untuk mempertahankan  tren positif perekonomiaannya. Supply arus barang dan jasa sangat dipertaruhkan apabila negara-negara terdampak corona mengambil suatu sikap kebijakan proteksionis, yang artinya sebuah negara tidak bisa sembarangan melakukan geliat perdagangan.

Dari beberapa kebijakan suatu negara, tren kebijakan yang paling banyak diambil adalah kebijakan lockdown (Mengunci Wilayah). Lockdown[3] merupakan sebuah paket kebijakan publik -pengamanan- terhadap sebuah ancaman. Kebijakan ini dibarengi dengan adanya bantuan dari pemerintah, seperti ketersediaan bahan makanan, kesehatan, dll. Semua hal tersebut menjadi bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap masyarakatnya yang sedang diisolasi. 

Upaya-upaya yang dilakukan oleh negara maju dan berkembang dalam menerapkan lockdown nyatanya belum efektif dan bekerja dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya tren pasar dan perekonomian global yang tentunya kerugian dari itu semua belum bisa dihitung angka pastinya hingga sekarang. 

Sektor moneter, fiskal, hingga struktural runtuh total akibat pandemi -Covid-19- global ini. Tidak main-main, selain membawa dampak sosial (Social dan Physical Disctancing), virus corona juga membawa dampak ekonomi politik. Beberapa negara, termasuk China mengalami defisit neraca perdagangan yang serius. Pada kuartal I tahun 2020, China harus rela mengalami defisit Impor-Ekspor sebesar 17,2%[4]. Apa yang terjadi di negara itu belum termasuk kalkulasi untung-rugi dari beberapa aspek yang lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline