Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Sastrawan

Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

Eksistensi Prajurit Wanita di Tengah Pusaran Disparitas Gender

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Tuntutan untuk menegasikan disparitas gender senantiasa dikumandangkan para feminis dan pendukungnya. Kesetaraan gender adalah isu yang selalu disuarakan oleh aktivis perempuan. Di kalangan TNI, gender bukan penentu bagi prajurit untuk meraih prestasi dan penghargaan. Perempuan memiliki hak untuk mendapat porsi yang sama dalam tanggungjawab serta penugasan militer. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menegaskan, militer Indonesia yang modern tidak melihat jenis kelamin untuk memberikan penugasan atau pemberian prestasi. Dalam konteks sejarah, perempuan Indonesia mampu memberikan sumbangan yang begitu besar bagi kemerdekaan Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, sudah berapa banyak tokoh perempuan yang memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. Sebut saja nama Cut Nyak Dien, Cut Mutia, RA Kartini, Nyai Ageng Serang atau Dewi Sartika. Mereka adalah tokoh-tokoh nasional di Indonesia yang berjuang untuk membela tanah air. Khusus untuk TNI Angkatan Udara, perekrutan prajurit wanita sudah dilakukan sejak 1963. Wanita Udara (Wara) menjadi bagian penting dalam menjaga pertahanan udara di wilayah NKRI. Salah satu bukti nyata prestasi Wara adalah penugasan dalam kontingen pasukan Perdamaian PBB di beberapa wilayah konflik. Tentunya, hal ini sangat membanggakan, karena wanita bisa mandiri dan menunjukkan kerja yang bagus, bahkan lebih baik dari prajurit pria. Wara mampu menunjukkan jati diri sebagai srikandi TNI AU berjiwa Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Dalam perayaan HUT Wara ke-48 pada Sabtu (13/8) kemarin, Personel TNI AU perempuan semakin menunjukkan eksistensinya sebagai penjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wara ada yang menjadi pilot pesawat angkut dan helikopter. Selain itu, posisi kepala dinas ada yang berasal dari Wara. Contohnya adalah Marsekal Pertama TNI Martini. SE. MM. Dia adalah Wara yang pertama menjabat Kepala Dinas Keuangan TNI Angkatan Udara, yaitu sebagai Perwira Tinggi yang dipercaya untuk menangani keuangan di TNI AU. Selain itu, beberapa jabatan teknis juga diisi oleh prajurit wanita. Wara menunjukkan kemampuannya menjadi Polisi Militer, navigasi dan lain-lain. Di tengah wacana kesetaraan gender yang disuarakan kelompok-kelompok sipil, TNI justru sudah selangkah lebih maju. TNI AU sudah membuktikan bahwa kesetaraan gender mampu menjadi kekuatan untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Semoga prajurit wanita TNI Angkatan Udara bisa menunjukkan prestasi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline