Pada tahun 2024, Indonesia kembali memasuki fase demokrasi dengan dilaksanakannya pemilihan umum (Pemilu) yang telah lama ditunggu-tunggu. Namun seperti bayang-bayang keraguan yang mengiringi filosofi Descartes, pertanyaan mendasar pun muncul: Akankah pemilu pada tahun 2024 benar-benar adil dan demokratis?
Pertanyaan terkenal Descartes "Cogito, ergo sum" (saya berpikir, maka saya ada) mencerminkan semangat kritis dan pencarian kebenarannya. Ketika masyarakat Indonesia menghadapi proses pemilu, mereka mulai bertanya-tanya, "Apakah suara kita benar-benar mewakili keinginan kita secara adil?"
Di era informasi digital, media memainkan peran sentral dalam membentuk opini. Namun, terdapat ketidakpastian mengenai sejauh mana media massa dapat dipercaya sebagai sumber informasi yang netral. Sejauh mana media dapat menyampaikan gambaran obyektif mengenai masing-masing kandidat dan kebijakan?
Pertanyaan ini bukan sekadar soal ketidakpercayaan, tapi juga mencerminkan tanggung jawab kita sebagai warga negara dalam menilai integritas pemilu kita. Sejauh mana partisipasi politik masyarakat dapat memastikan bahwa lembaga-lembaga demokrasi benar-benar mencerminkan keinginan masyarakat?
Sesuai semangat Descartes, masyarakat Indonesia perlu mempertanyakan setiap aspek pemilu 2024 untuk mendapatkan wawasan. Hal ini mencakup penilaian kritis terhadap transparansi proses pemilu, integritas penyelenggara pemilu, dan peran media dalam memberikan informasi yang berimbang. Tentu saja, tugas mengatasi keraguan tersebut tidaklah mudah. Namun, serupa dengan filosofi Descartes yang mencari kebenaran melalui keraguan, kita sebagai masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. Keterlibatan yang kritis dan bijaksana adalah kunci untuk memastikan bahwa pemilu 2024 bukan sekadar ritual politik, namun merupakan jalan menuju keadilan dan demokrasi sejati.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keadilan dan demokrasi dalam pemilu di Indonesia, Meningkatkan akses bagi semua warga negara untuk berpartisipasi dalam pemilu, Meningkatkan pengawasan terhadap proses pemilihan untuk mencegah terjadinya kecurangan, Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilu yang adil dan demokratis. Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat mewujudkan pemilu yang benar-benar adil dan demokratis, sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi.
Mari kita gali bersama kebenaran kompleksitas pemilu 2024 lewat Jejak Keraguan Descartes. Dengan pemikiran terbuka, partisipasi aktif, dan semangat demokrasi, kita dapat memastikan bahwa setiap suara berarti dan bahwa pemilu ini merupakan tonggak sejarah menuju demokrasi yang lebih kuat. Saya jamin hal itu. Adil untuk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H