Lihat ke Halaman Asli

Ilusi Memerangi Backlog a la DP Nol Anies

Diperbarui: 31 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Anies punya niat yang sungguh mulia dengan program DP 0 nya. Katanya ingin membantu rakyat memiliki rumah, atau kalau diefumisme oleh pendukungnya jadi: Affordable Housing. Tapi ujungnya tentu program seperti ini untuk memerangi backlog perumahan yang konon tahun ini di Jakarta saja mencapai 1,3 juta unit. Backlog menurut definisi dari Glosssarium adalah jumlah Kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat. Dalam arti, jika kita ingin menurunkan angka backlog, yang harus kita percepat bangun adalah rumah-rumah baru, bisa dalam bentuk rumah tapak maupun rumah susun. Inilah yang menjadi ide "mulia" seorang Anies Baswedan. 

Nah di dalam dalam debat MetroTV, anehnya Anies seolah tidak mendorong orang untuk membangun rumah baru, namun mencari rumah-rumah bekas untuk menjustifikasi adanya rumah seharga Rp 350 juta melalui rumah123.com. Ini sebuah blunder besar. Mengapa? Karena membantu warga membeli rumah bekas tidak akan menghasilkan pengurangan backlog. Ini hanyalah sebuah zero sum game. Kenapa? Mari saya tunjukkan.

Anggap Anton butuh uang, menjual rumahnya seharga 300 juta, yang pastinya dalam keadaan butuh duit (ingat hanya orang butuh duit, atau mungkin rumahnya bermasalah, yang mau menjualnya dengan harga miring). Tumiyem lalu membeli rumah Anton dengan bantuan skema DP 0 dari pemprov ala Anies. Tumiyem benar mendapatkan rumah baru. Tapi apakah yang terjadi sebenarnya?

Yang terjadi sebenarnya adalah Anton kehilangan rumah. Andaipun dengan rumah itu dia mendapat uang untuk beli rumah lagi, maka ia masuk dan menambah antrian backlog lagi, mengisi posisi Tumiyem.  Sehingga tidak ada yang berubah dari angka backlog yang hendak diperangi Anies dengan DP 0. Solusi Anies sama sekali tidak memecahkan masalah backlog.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline