Lihat ke Halaman Asli

Malika Martiana Azzahra

Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang

Budaya Membunyikan Klakson di Tempat-Tempat Sepi Sebagai Local Genius di Pandaan, Pasuruan

Diperbarui: 5 Maret 2023   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar jalanan sepi dengan penerangan minim | Sumber: mobilmo.com

Indonesia merupakan negara kepulauan yang seluruhnya terdiri dari ribuan pulau. Setiap pulau-pulau tersebut memiliki suku yang menjadikan negara Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang berkembang di setiap daerahnya. 

Menurut ilmu antropologi, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2000). 

Selain itu, Soerjono Soekanto juga mengungkapkan bahwa; budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soekanto, 1990). 

Sedangkan dalam local genius merupakan kemampuan yang dimiliki suatu pendukung budaya guna membuktikan seberapa kuatnya dasar-dasar kepribadian budayanya pada saat menghadapi akulturasi budaya.  

Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya serta local genius merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lainnya di masyarakat dengan mempelajari segala sesuatu dari cara atau pola-pola berpikir, merasakan, serta bertindak.

Pandaan merupakan suatu daerah yang letaknya berada di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Di Desa Kemirisewu, masyarakatnya masih mempercayai adanya mitos menyalakan klakson di tempat-tempat terentu, seperti ketika berada di jalanan yang minim penerangan. Masyarakat mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu tersebut selalu memiliki "penunggu" masing-masing. 

Oleh sebab itu, masyarakat kerap menyalakan klakson ketika hendak melewatinya. Konon dianggap sebagai tanda "permisi" kepada sang penunggu. Selain menyalakan klakson, masyarakat juga biasa mengucap salam sebagai pendamping klakson tersebut. segala hal yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa masyarakat melewati tempat tersebut dengan baik-baik dan sopan.

Menurut keterangan Ibu Hariyati yang merupakan salah satu penduduk setempat berkata, "Untuk melewati tempat-tempat sepi seperti itu harus menyalakan klakson sebagai tanda permisi kepada sang penunggu. Namun, selain itu kami melakukannya untuk berjaga-jaga ketika ada pengendara lain sebagai bentuk waspada. 

Apalagi kalau berkendara di malam hari biasanya mata ini kurang jelas lihat pengendara di sekitaran. Jadi ya buat bentuk waspada juga.". Jika ditinjau dari penjelasan salah satu warga Desa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar membunyikan klakson tidak hanya menjadi sekadar tanda permisi namun juga menjadi tanda agar pengendara lain yang berada di sekitar bisa merasa waspada terutama ketika berkendara di malam hari.

Sumber:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline