Lonely marriage, fenomena yang mungkin tak asing lagi di telinga kita. Pernikahan, yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan kebersamaan, justru menjadi sumber kesepian dan keterasingan emosional bagi sebagian orang.
Tidak sedikit pasangan yang merasa terasing meskipun hidup bersama di bawah satu atap. Hubungan yang awalnya penuh cinta perlahan memudar dan berubah menjadi sekadar rutinitas tanpa kedekatan emosional.
Fenomena ini sering disebut sebagai lonely marriage, di mana pasangan merasa terjebak dalam kesepian meski secara fisik ada pendamping di samping mereka.
Lonely marriage bukan hanya dialami oleh masyarakat umum. Beberapa selebriti Indonesia, pernah mengungkapkan tentang jarak emosional yang mereka rasakan dalam pernikahan.
Kisah-kisah para publik figur ini membuka mata banyak orang tentang kenyataan bahwa perasaan terasing dalam pernikahan bisa terjadi pada siapa saja, terlepas dari status atau popularitas. Bahkan, mereka yang tampak bahagia dan harmonis dari luar pun bisa mengalami kesepian dalam hubungan yang terlihat sempurna.
Salah satu penyebab utama lonely marriage adalah kesibukan yang menyita waktu pasangan. Tekanan pekerjaan, jadwal yang padat, dan beban hidup sering kali membuat pasangan hanya fokus pada tanggung jawab sehari-hari, tanpa menyisakan waktu berkualitas untuk saling memperhatikan.
Rasa lelah yang terus menumpuk juga membuat pasangan sulit untuk berkomunikasi secara mendalam, mengurangi keintiman dan kedekatan yang dulu ada di awal pernikahan.
Selain itu, perubahan dalam diri masing-masing pasangan juga sering menjadi pemicu lonely marriage. Seiring waktu, setiap individu terus tumbuh dan berubah, baik dari sisi kepribadian, minat, maupun cara pandang terhadap hidup.
Jika perubahan ini tidak diterima atau dipahami oleh pasangan, jarak emosional bisa terbentuk. Tanpa kesadaran dan upaya untuk saling mendukung, perbedaan ini perlahan-lahan membuat hubungan terasa dingin dan jauh.
Komunikasi yang minim atau bahkan tidak ada juga menjadi faktor penting di balik terjadinya lonely marriage. Banyak pasangan yang hanya berbicara tentang hal-hal teknis sehari-hari, seperti pekerjaan rumah atau keuangan, tanpa benar-benar membahas perasaan atau harapan yang mereka miliki.
Ketidakjujuran atau perasaan yang tertahan pun semakin memperburuk jarak emosional. Akibatnya, pasangan merasa seolah hidup dalam dunianya masing-masing, terasing dan kesepian.