Busana tradisional Menak Priangan menawarkan jendela unik ke dalam kompleksitas struktur sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat Priangan di Jawa Barat. Wilayah ini, mencakup kabupaten Cianjur, Bandung, Tasikmalaya, dan Sumedang, membawa warisan kaya dalam bentuk pakaian tradisional yang menjadi identitas dan status sosial.
Dalam konteks ini, pakaian tidak hanya dilihat sebagai sekadar penutup tubuh, melainkan sebagai medium visual yang memperlihatkan strata sosial, kekuasaan, dan perbedaan kultural di dalam masyarakat Priangan.
Dalam budaya sunda yang tertuang dalam pakaian Menak Priangan, terutama pada tingkat Menak Gede, merupakan penanda jelas tentang hierarki sosial dan peran masyarakat.
Dengan mengamati karakteristik berpakaian seperti kepala, tubuh bagian atas dan bawah, serta aksesori, dapat dipahami bagaimana pakaian ini bukan sekadar tuntutan fungsional, melainkan bagaimana setiap elemen membentuk narasi visual.
Papaes merupakan cara mengenakan pakaian yang memiliki keeratan dengan perilaku sehari-hari. Nyatanya Cara orang Sunda mengenakan pakaian melibatkan tradisionil dan aksesorisnya, dimana cara berpakaian bangsawan ini menrepresentasikan status sosial pada puncak struktur sosial.
Pada abad ke-19 hingga 1942 cara berpakaian telah ditetapkan, namun pemerintah koloniasn memiliki peraturan khusus terutama bagi pejabat pemerintah. Berikut karakteristik berpakaian Menak Gede,
Pria
- Kepala: Iket, terbuat dari kain batik Sawunggaling/Soga Gunawijaya/Gambir Saketi.
- Tubuh bagian atas: Kemeja putih dengan kerah Chiang I dan Jubah pendek bedahan/sikepan dengan 9 kancing. Bording motif daun pohon oak berwarna emas.
- Tubuh bagian bawah: Mengenakan celana hitam/putih, biasanya ada 2-3 lapisan ikat pinggang (1 sabuk kasar/stagen, 1 sabuk khusus bahan sutra, 1 sabuk kamus/epek. Keris disisipkan pada sabuk ke-2 mengarah kekiri dan wajib dipakai ketika bertemu dengan perwira colonial sebagai pentuh penghormatan.
Wanita
- Kepala: Sanggul ditunjang jepit emas dilengkapi berlian atau bunga.
- Tubuh bagian atas: Kebaya berbahan beludri hitam dengan border emas, Panjang kebaya sampai pinggul, leher kebaya melingkar, aksesoris kalung Panjang, liontin, bros berseri 3 lapis, kerabu, cincin, dan gelang.
- Tubuh bagian bawah: Mengenakan sinjang kebat, sabuk stagen hingga 4-5 meter dan lebar 10-15 cm. Alas kaki terdiri dari sambal beludru dengan sulaman serta manik-manik emas dan lencana kehormatan
Elemen seperti iket kepala atau bendo memiliki makna mendalam terkait dengan konsep masagi, sebuah ajaran tradisional jika seseorang ingin sukses harus melakukan belajar//ngajurus sehingga menyoroti pentingnya pengetahuan dan wawasan bagi seorang Menak yang berkuasKarena bangsawan/raja harus menguasai pengetahuan tinggi.