Ingat pesan Bang Haji Rhoma Irama, bahwa "uang judi najis tiada berkah"
Tidak sengaja saya menatap judul berita dari media informasi online tentang aksi pembakaran seorang anggota kepolisian (Polwan) terhadap suaminya yang bertugas di daerah Jombang, Jawa Timur.
Setelah rasa penasaran itu, mulai sedikit demi sedikit diketahui bahwa aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu dipicu oleh masalah rumah tangga, yaitu sang suami telah menggunakan uang gaji ke-13 nya untuk bermain judi online.
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota kepolisian ini mungkin hanya satu di antara kasus kekerasan atau korban dari akibat bermain judi. Hal tersebut karena beberapa waktu lalu diketemukan beberapa kasus akibat permainan yang fatal akibatnya bagi keberlangsungan ekonomi rumah tangga ini.
Jika kita menelaah beberapa kasus dan banyaknya kerugian dari perjudian ini tentu kita akan melihat beberapa sudut pandang, mengapa banyak orang yang begitu mudahnya terjerat rayuan asmara dan maut dari iklan permainan yang dilarang agama dan negara ini.
Pertama dari sudut bandar.
Bandar adalah sosok di belakang layar yang notabene sosoknya tidak pernah diketahui oleh para pemainnya. Apakah sosoknya kecil, tinggi, gendut, dengan rambut gondrong dengan warna merah atau justru dengan penampilan ganteng seperti aktor holiwood. Sebab keberadaan mereka pastilah dirahasiakan.
Sebagai bandar, tentu saja mengharapkan semua permainan judi online yang dibuat menghasilkan uang yang berlipat-lipat ganda, meskipun cara-cara yang digunakan amatlah curang.
Kenapa saya katakan curang, bagaimana tidak curang ketika pemain judi sudah mengambil slot, maka uang yang ditransfer tidak akan kembali ke rekening. Jika berhasil memenangkan permainan itupun mungkin 10 persen dari modal yang telah dipertaruhkan.
Boleh kita bertanya-tanya kepada para pemain judi, berapa uang yang telah berhasil dikumpulkan dari permainan tersebut? Tentu jawabannya selalu "rugi" dan gak balik modal.