Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Program CIBUSA (Cinta Buah dan Sayuran) di Sekolah, Bagaimana Penerapannya?

Diperbarui: 6 Juni 2024   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat" (Mensana in corporesano)

Beberapa waktu yang lalu kami melakukan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan program CIBUSA (Cinta Buah dan Sayuran) di SLB Negeri Metro. 

Kegiatan tersebut adalah sebagai penerapan dari program atau praktik dari kegiatan Pendidikan Guru Penggerak. Esensinya adalah apakah para CGP tersebut bisa menerapkan kepemimpinan di sekolah dan membuat perencanaan pengembangannya berbasis kepemimpinan murid. Yang mana murid menjadi sosok yang turut terlibat dalam setiap program yang ada di sekolah, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.

Calon guru penggerak semestinya bisa menerapkan kepemimpinan yang berorientasi memberdayakan aset-aset yang dimiliki sekolah. Kita mengenal ada tujuh Aset modal yang semestinya bisa mendukung dan mendorong bagi pemenuhan kebutuhan pengembangan sekolah menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

Notabene kegiatan tersebut adalah kegiatan yang semestinya bukan hanya ranah rencana dan hanya sekali gebrakan, akan tetapi semestinya menjadi program prioritas yang didukung oleh semua warga sekolah. Bahkan semua warga masyarakat di lingkungan sekolah, stake holder dan orang-orang yang mempunyai kepentingan terhadap derajat kesehatan betul-betul concern terhadap program kesehatan bagi masyarakat, khususnya anak-anak berkebutuhan khusus.

Program tersebut kami rencanakan dengan melibatkan seluruh elemen sekolah, yaitu dengan mendengarkan suara-suara (voice) pilihan-pilihan (choice) dan kepemilikan siswa (ownership). Kemudian berawal dari perencanaan tersebut kegiatan program kesehatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus itu menjadi program wajib di sekolah, pada perencanaan dan pelaksanaannya menyatu dengan kegiatan kepramukaan.

Dengan ketiga elemen kepemimpinan murid ini sejatinya sekolah berusaha menempatkan setiap bagian kecil dari sekolah tersebut menjadi pihak yang memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam pengembangan sekolah.

Terlepas dari kegiatan yang merupakan manifestasi dari kepemimpinan murid dan kepemimpinan sekolah yang melibatkan seluruh elemen yang ada yaitu aset-aset yang memang dimiliki sekolah, yaitu: (1) aset modal manusia, (2) modal sosial, (3, modal fisik, (4) modal lingkungan/alam, (5) modal finansial, (6) modal politik, dan (7) modal agama dan budaya. Ibarat sebuah ekosistem kecil, ketujuh aset modal itu dapat menggerakkan roda pendidikan di sekolah dan tentu saja bagi pendidikan di sebuah negara, khususnya Indonesia.

Hal tersebut tentulah menjadi sebuah kebanggaan dan keyakinan bahwa dengan mengoptimalkan ketujuh aset modal di sekolah tersebut, sekolah akan terus maju dan bergerak mengembangkan generasi-generasi pembangunan yang nantinya akan meneruskan tali estafet kepemimpinan di negeri ini. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus paling tidak dapat menerapkannya bagi dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

Lalu, apa yang menjadi persoalan ketika sekolah telah memiliki semua 7 modal tersebut? Tentu harapannya adalah ketujuh modal tersebut dapat pula mendukung roda keberlangsungan pendidikan di sekolah tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline