Sungguh Covid-19 ini membuat kecewa publik, terlebih khusus bagi penyuka balapan roda dua ini. Moto GP adalah balapan bergengsi yang diminati banyak kalangan di seluruh dunia.
Apalagi beberapa debut balapan, ternyata melahirkan racer-racer baru yang potensial. Dengan risiko pembalap kawakan harus menerima kalah oleh pembalap lain yang jauh lebih muda dan performa yang lebih kece.
Beberapa kali saya amati di beberapa balapan sebelum era Covid-19 melanda, kedigdayaan Valentino Rossi seperti sudah jauh dari kata hebat. Bagaimana tidak, setelah sekian waktu menjadi idola penyuka balapan sepeda motor ini, ternyata karir putra kelahiran Italia ini semakin jauh dari yang diharapkan. Untuk mencapai podium pertama sudah empot-empotan.
Saya kira apa yang dilakukan Rossi sudah cukup bagus, nyatanya selama ini nama Rossi selalu muncul di cover-cover majalah olahraga meskipun tidak meraih podium pertama.
Meskipun dengan menurunnya performa Rossi meskipun di sirkuit kesayangannya, bisa jadi ini menjadi pertanda bahwa Rossi memang harus menggantung Roda sepeda motor Yamaha kesayangannya.
Apa yang memaksa Rossi harus menggantung Roda?
Pertama, Umur yang tak lagi muda
Sebagai pembalap dengan kemampuan yang di atas rata-rata, ternyata di usianya yang semakin menanjak yakni di atas kepala 4nyatanya kemampuannya semakin merosot.
Saya menduganya karena memang energi seorang pembalap yang mencapai usia di atas 41 tahun memang mengalami degradasi. Tidak hanya pada sirkuit saja, karena pada pembalap lain selain Moto GP, usia pembalap akan berpengaruh pada prestasi di atas lintasan.
Meskipun usia atau umur tidak lagi muda, ternyata Rossi buka tipe sosok yang kalah dengan usia. Faktanya sampai sekarang namanya selalu terpampang di deretan nama-nama pembalap lain meskipun tidak lagi diurutan nomer wahid. Seperti pernyataanya bahwa pembalap baru ternyata lebih cepat dari dirinya: