Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Hal Inilah yang Membuat Saya Ragu Belanja Online, Satu Sudah Terjadi

Diperbarui: 17 Juni 2018   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi belanja online (merdeka.com)

Di jaman modern saat ini, semua orang merasakan kemudahan di mana-mana. Melakukan aktivitas begitu padat namun tetap terbantu dengan berbagai layanan yang tidak perlu beranjak dari tempat duduknya. Menikmati kemudahan hanya memencet tombol keyboard laptop atau gadget, maka barang yang diinginkan akan ada di depan mata. 

Tak hanya terkait benda berwujud, karena perkara ghaib saja bisa dilakukan transaksinya secara daring.

Media telekomunikasi internet memudahkan setiap orang mendapatkan apapun yang diinginkan hanya dengan melihat gambar dan bertransaksi secara mudah. Meskipun demikian, ternyata dengan kemudahan yang dirasakan tidak lantas membuat orang merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya. 

Seperti yang kami alami, awalnya istri berniat membelikan saya pakaian secara online, baju couple yang isinya sepasang suami-istri. Melihat dari gambar dengan penampilan orang yang memakainya tentu akan terpana dan terpesona. Belum lagi bahasa yang digunakan dalam merayu pembeli sungguh bisa membius konsumennya.

Dengan kata-kata "beli nggak jeng, barangnya asli loh, bagus kog. Pokoknya saya jamin seratus persen si jeng akan puas." Atau dengan bahasa yang lebih dahsyat lagi, "Mbak adalah salah satu pembeli yang beruntung, karena minggu ini perusahaan ollshop kami memberikan bonus free ongkir dan harga didiskon 10%."

Dok. Pribadi


Tulisan atau kata-kata promosi tersebut semakin diperkuat dengan kata-kata manis yang isinya memuji seolah-olah konsumennya adalah orang yang sukses dan tepat sekali jika mau bertransaksi dengan mereka. 

Dalam situasi serba membius angan-angan tersebut secara perlahan konsumen yang tadinya hanya ingin melihat kemudian secara cepat memesan barang yang diinginkan. Dan pihak penjual pun tetap memberikan pujian dan bahasa yang berbau garansi bahwa jika barang tidaksesuai maka uang aan dikembalikan secara utuh.

Dengan aneka cara agar konsumennya percaya, maka sang istripun terpikat dan dengan rasa percaya diapun memesan pakaian yang seperti ada dalam gambar. Saya pun di rumah menanti dengan rasa penasaran, apakah pakaian yang dipromosikan tersebut benar-benar menawan untuk dipandang dan dikenakan nanti. Maklum kan, sebentar lagi akan lebaran, maka pakaian adalah salah satu pernik yang melengkapi hari kemenangan tersebut.

Senang karena puasa Ramadhan bisa dilewati dengan penuh, dan senang lagi bisa berjumpa dengan karib kerabat dan handai taulan  dalam silaturrahmi. Namun ketika melihat barang yang dibeli, tiba-tiba saya jadi bad mood. Saya menduga istri pun sebenarnya ingin membelikan pakaian terbaik bagi suaminya, tapi tidak menyangka kalau justru apa yang diinginkan tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Istri membelikan saya pakaian, kalau melihat gambarnya sepertinya seksi dan bagus sekali kalau dikenakan. Eh, ternyata ketika barang sudah sampai di tangan, apa yang diperlihatkan di foto sama sekali jauh dari yang diharapkan. Boro-boro seksi dan menarik, melihat cara menjahitnya saja terlihat acak-acakan seperti penjahit amatir. Belum lagi ukurannya tidak persisi, antara badan dan lengan serta pergelangan tidak sesuai. Ketika dicoba dikenakanpun sudah pasti tidak nyaman dan terkesan tidak rapih. Ditambah lagi ada noda merah yang menempel di kain. Semakin memperburuk penampilan si pakaian. Akhirnya daripada kecewa, baju itupun saya simpan siapa tahu ada yang pas memakainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline