Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Tidak Semua yang Kita Baca Mewakili Siapa Penulisnya

Diperbarui: 30 Juli 2016   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreativitas menulis memang erat sekali dengan karakter penulisnya.Meskipun acapkali pula yang ditulis tidak sesuai dengan karakter penulisnya. (www.psikologikita.com)

Alhamdulillah, ba'da sahur dan menjelang melaksanakan sholat Subuh saya sempatkan menengok tulisan-tulisan bagus di kompasiana. Ada beberapa tulisan yang menarik untuk saya baca dan cermati serta saya pahami isinya mudah-mudahan memberikan pencerahan, minimal untuk diri pribadi saya. Dan bersyukur banyak tulisan "baik" yang dirilis oleh para penulis di dalamnya. Sehingga dengan membaca tulisan-tulisan tersebut, paling tidak informasi yang bermanfaat dapat saya nikmati. Syukur-syukur dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Kalaupun tidak, maka hanya dijadikan bahan masukan berharga bagaimana menulis yang baik dan mencerahkan.

Dari beberapa tulisan yang mentereng di kompasiana, saya membaca tulisan Opa Tjipta yang judulnya Tulisan Adalah Gambaran Jiwa Penulisnya, saya sepakat dengan tulisan ini tapi ada beberapa hal yang kurang saya sepakati terkait tulisan seseorang. 

Ada beberapa hal yang membuat saya sepakat dan tidak sepakat dari tulisan Opa Tjipta,

Untuk yang sepakat sebagai berikut:

Pertama, setiap orang baik berusaha menulis yang baik. Saya sepakat dengan apa yang ditulis itu. Karena memang seseorang yang baik akan selalu memancarkan energi kebaikan dan akan dapat mencerahkan bagi siapapun yang ada di sekitarnya. Tak hanya manusia, seseorang yang baik akan juga memberikan manfaat bagi semua makhluk alam semesta ini. Entah hewan atau tumbuhan akan merasakan energi positif atas prilaku seseorang. Karena hanyalah dari seorang yang berkepribadian baiklah perbuatan baik akan terlahir. 

Tidak sepakatnya:

Benarkah hasil karya (tulisan) itu selalu sama dengan yang membuat karya? jawabannya tidak bukan? Seperti seorang politisi, mereka selalu saja menulis al-hal yang memikat calon konstituennya, para calon pemilih yang "buta huruf"pun akan dibuat percaya dengan apa yang disampaikan oleh penulisnya. Belum lagi jika seorang politisi itu cenderung mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain, maka semua yang ditulisnya akan berusaha mempengaruhi pembacanya. Tak peduli apakah yang ditulis itu berdasarkan kebenaran, dibuat benar atau diada-adakan demi memuluskan tujuannya. Seorang politisi ingin memenangkan perang politik dengan cara apapun. 

Tak sedikit mereka membuat tulisan HOAX demi mendapatkan simpati masyarakat. Seperti misalnya, tiba-tiba mereka menulis artikel tentang politik yang santun, padahal dalam sepak terjangnya politisi tidak akan mengenal kasihan terhadap lawan politiknya. Mereka berusaha mencari kesempatan bagaimana membunuh karakter lawan demi memuluskan rencananya. Tidak peduli apakah lawan politiknya akan gila atau bunuh diri, yang penting tujuan politiknya akan tercapai.

Itu salah satu contoh bahwa tidak semua tulisan mencerminkan penulisnya. Belum lagi penulis-penulis fiksi horor tentang pembunuhan, apakah penulisnya menyukai cerita pembunuhan dan memiliki kecenderungan hoby pada tragedi pembunuhan? Anda akan bisa menjawabnya. Penulis cerita horor pembunuhan biasanya terinspirasi dari pengalaman inderawi yang ia alami selama hidupnya, atau pernah mengalami korban kekerasan. Namun tidak sedikit pula para penulis horor yang hobi membuat tulisan itu karena keisengan semata. 

Tidak salah dengan tulisan seseorang karena itu adalah hasil karya, dan tidak juga menjamin bahwa tulisan seseorang selalu mencerminkan siapa penulisnya.

Para pembunuh mungkin ada yang menulis ide-ide kejinya itu, tapi amat jarang yang mau menyebarkankan ke halayak umum karena sebelum bertindak pastilah mereka akan tertangkap karena dianggap melakukan rencana jahat. Mereka cenderung pintar menyimpan karakter aslinya demi mendapatkan simpati dari orang lain. Tak sedikit para politisi yang mengatakan "ANTI KORUPSI" atau "LAWAN KORUPSI SAMPAI MATI" eh pada akhirnya ternyata pelaku korupsi juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline