Gambar : Verifikasi biru (kompasiana.com)
"Eh tiba-tiba verifikasiku biru, Mas Bambang." Kataku pada Mas Bambang.
Aku ingin mengejeknya, soalnya dia kalau liat prestasiku melejit langsung naik darah, stress, frustasi, dan struk. Meski struk yang dideritanya masih tarafnya ringan, paling-paling kelopak matanya kedutan terus siang dan malam hingga berbulan-bulan. Padahal kalau mata kedutan itu kata orang sepuh mau melihat seseorang yang dicintai. Atau justru sebaliknya melihat sesuatu yang mengecewakan.
Mendengar pamerku itu Mas Bambang langsung pusing tujuh keliling, badannya lumpuh, dan kini sudah tidak bisa apa-apa lagi. Tapi dia nampak terheran-heran, kenapa aku bisa mendapatkan verifikasi itu.
"Kog bisa? Hebat amat kamu, Kang? Padahal verifikasi itu hanya milik para pembesar kompasiana, loh. Lah Kang Ali kog sudah dapet, wah jangan-jangan KKN nih!?"
Lah, sudah dikasih tahu baik-baik bukannya bersyukur temannya dapat verifikasi biru, eh malah kelihatan nggak senengnya. Sudah begitu dia malah menuduhku yang bukan-bukan. KKN yang biasanya berhubungan dengan uang negara saja bisa jadi bahan untuk menjatuhkan mentalku saat ini. Padahal tiga huruf itu kebanyakan untuk orang-orang yang levelnya sudah bagus.
Ada lagi Mbak Kunti, kalau mendengar aku kejatuhan rezeki dia langsung memburuku. Seakan-akan melihat artis telenovela yang namanya sudah melejit lantaran filmnya laku keras di pasaran. Pernah suatu ketika aku pamer sama dia kalau aku dapat emas batangan sekilo beratnya, dia langsung mencariku. Katanya dia ingin berfoto-foto dan memamerkan hasil jepretannya itu kepada sanak famili atau handai tolan dan juga kerabatnya yang berjibun. tapi yang kasihan karena dia terlalu banyak mengoleksi foto-fotoku itu, tiba-tiba dia jatuh sakit. Sakitnya lumayan aneh. Kalau lihat status-statusku dia langsung merengek-rengek ingin mendapatkan fotoku lagi.
Nah terakhir aku bertemu dengan dia, setelah dia mengajakku berfoto-foto ternyata dia kena jantungan. Jantungnya tiba-tiba terhenti dan tubuhnya mendadak terhempas ke lantai. Tewas seketika.
Fenomena Verifikasi Biru
Selaras dengan cerita saya tadi, sangat membuat heboh dunia persilatan dan medsos. Bagaimana tidak, status verifikasi itu masih menjadi perdebatan di sana-sini, layak atau tidakkah seseorang mendapatkan label warna kesukaanku itu. Padahal secara manusiawi, apa sih hebatnya warna verifikasi kalau melihat orangnya yang pas-pasan.
Selain melihat orangnya pas-pasan, verifikasi biru itu justru mengundang pertanyaan, setinggi apakah karakter atau akhlak yang mempunyai label itu. Apakah baik-baik saja, sedang-sedang saja atau malah parah. Karena menurutku, sosok yang memiliki verifikasi biru itu orangnya amat budiman, rendah hati, dermawan, suka menolong dan tidak sombong. Dan yang terpenting adalah tidak gampang melompong. Coba kalau suka melompong, lalat-lalat akan singgah di sana.