Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Gara-gara Gambar Ini, Pak Budi Berhenti Merokok

Diperbarui: 31 Oktober 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar kemasan rokok, Propaganda atau iklan rokok saat ini masih tinggi, tapi keberadaan bungkus rokok yang cukup mengerikan itu ternyata turut mengurangi jumlah perokok aktif. Sebuah ekses positif jika kemasan rokok dibuat mengerikan ditambah lagi jika peredarannya dibatasi."][/caption]Benar sekali bahwa segala sesuatu yang dibuat, sedikit banyak memberikan dampak atau akibat bagi orang lain. Dampak yang muncul bisa saja positif dan bisa juga negatif.

Seperti misalnya, banyaknya iklan rokok - sebelum ada larangan menampilkan rokok dengan orang yang tengah menghisapnya - ternyata berpengaruh pada naiknya target penjualan racikan tembakau itu. Bahkan dapat dibilang gara-gara iklan, gambar, maupun tayangan di media sosial atau internet, tingkat daya beli dan konsumsi masyarakat semakin meningkat.

Gara-gara iklan rokok tersebut, hampir semua orang doyan merokok. Tak hanya kalangan bapak-bapak, lantaran anak-anak usia dini pun ada yang sudah gatuk sama merokok. Bahkan sempat pula ditayangkan di beberapa laman berita nasional, sosok balita asal Lampung yang kedapatan sudah menghisap rokok. Sebuah kenyataan pahit ditengah-tengah masyarakat kita yang disebabkan karena iklan rokok.

Belum lagi jika lingkungan sekitar merupakan pecandu nikotin itu, maka semakin tinggi pula komsumen yang terpapar asap rokok lantaran bersama-sama menikmati rokok.

Jadilah penjualan rokok menanjak atau naik secara signifikan disebabkan oleh iklan rokok yang memikat.

Ketika iklan rokok ditayangkan terus menerus, ternyata konsumsi rokok di tengah masyarakat mengalami peningkatan. Mau tidak mau siapapun yang sudah melihat tayangan iklan itu, secara perlahan menjadi korban "tersesat" lantaran modifikasi iklan yang menggugah selera. Tak pelak ada sekitar 90% remaja yang menjadi perokok lantaran iklan rokok yang memikat. sumber

Ada "dosa" para pembuat iklan terhadap naiknya konsumsi barang berbahaya itu bagi para remaja. Ekses negatif muncul lantaran iklan yang justru seperti mengajak siapapun untuk mencoba-coba menghisapnya lantaran pengaruh sensasi menipu dari sebuah tayangan iklan.

Kenyataan yang cukup ironis, bukan?

Efek terbalik pun terjadi saat ini, jika awalnya propaganda iklan berpengaruh negatif terhadap gaya hidup masyarakat, kini penyertaan gambar pada bungkus rokok, seperti dihiasinya bungkus rokok dengan gambar orang yang lehernya berlubang - yang menurut keterangan kemasan itu - disebabkan karena aktifitas merokok, pun membawa dampak positif bagi penikmatnya.

Ada pula gambar seseorang yang meninggal dunia dengan sebagian tubuhnya terbuka dengan kondisi paru-parunya rusak lantaran aktifitas yang sama. Ternyata menjadi "ancaman" efektif sebagai langkah antisipatif terhadap maraknya peredaran rokok dan iklan rokok yang cukup menggoda. 

Seperti yang baru-baru ini diceritakan oleh seseorang yang kebetulan menghentikan aktifitas merokok. Beliau bercerita tentang perubahan gaya hidupnya lantaran melihat gambar kemasan rokok. Gambar mengerikan pada bungkus rokok ternyata turut membuatnya takut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline