[caption caption="Setiap orang berhak mendapatkan layanan yang VIP, tapi selayaknya diimbangi dengan kemampuan diri memenuhi setiap kewajiban agar memperoleh status itu. (alurefitnessinc.com)"][/caption]
Tiba-tiba saya teringat sebuah artikel yang menjelaskan tentang syndrom VIP, dimana seseorang ingin dianggap terhormat. Jadi bagaimanapun caranya ia ingin selalu menunjukkan bahwa ialah yang paling pantas di depan, paling pantas memimpin, paling tahu dan paling pantas dihormati. Serta paling dan paling atau ter....ter...ter .... yang tak berbilang lagi berapa panjangnya. Fenomena merasa ter dan ter adalah sebuah keniscayaan dalam setiap lini kehidupan masyarakat.
Boleh jadi karena pengaruh perubahan budaya yang awalnya primitif menjadi lebih modern, ditambah lagi dengan arus informasi yang begitu mudahnya diakses.
Tak ayal, karena perubahan yang sangat signifikan dari segi budaya dan mudahnya informasi didapatkan, berdampak pada segi gaya hidup setiap orang yang terus berubah. Meski tak semua orang merasakan ini.
Ada pula seseorang yang tak mau dianggap terhormat, tak mau dihormati secara berlebih lebihan. Kelompok ini cukup dengan apa yang dimilikinya.
Boleh saja merubah mindset dengan menempatkan diri golongan terhormat asalkan kemampuan dan kondisi ekonomi yang memadai dan berhak untuk dihormati, meskipun bentuk penghormatan itu bukan hanya berlaku pada persoalan ekonomi semata. Misalnya kesederhanaan pribadinya, kebaikan dalam bertutur sapa, dan kedermawanan dirinya hingga orang-orang di sekitarnya amat menghormatinya. Tentu pribadi yang demikian masih saja ada meskipun jumlahnya mungkin sangat terbatas.
Berbeda sekali dengan sebagian orang yang entah karena kedudukan dalam kelompok masyarakat yang begitu setianya si pengikut mengakibatkan ia begitu menghormati, karena kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat inilah mereka mendapatkan kehormatan lebih dari masyarakat kebanyakan.
Tak harus memiliki kekayaan yang berlimpah, karena budi pekerti dan keteladanan pemimpin ini mendapatkan status fi ai pi (vip) atau very important person. Sosok yang dijunjung kehormatannya akibat dari situasi yang melingkupi dirinya. Situasi ini amat terlihat, misalnya tatkala saya menggunakan jasa pesawat terbang, tiba-tiba saya merasa berada di posisi bawah sekali dengan orang-orang yang ditempatkan di kelas VIP ini.
Mereka begitu disegani dan dihormati sehingga apapun kekurangannya akan tertutup oleh kelebihannya. Berbeda sekali dengan kelompok menengah ke bawah, meskipun berada di tempat yang sama, fasilitasnya pastilah berbeda. Sebuah kondisi yang sedikit banyak sebagai jurang pemisah antara kelompok menengah ke atas dengan kelompok bawah.
Tapi inilah faktanya, dunia selalu saja berkasta, seperti apa yang disampaikan oleh Pak Tjiptadinata Effendi beberapa waktu lalu dalam artikelnya.
Mungkin pada mulanya status VIP dan Non VIP hanya diperkenalkan oleh masyarakat Hindu, lantaran didalam agama mereka terdapat kasta atau stratifikasi dan diferensiasi sosial. Di mana kelompok yang kaya raya, bangsawah, petani, nelayan, buruh dan pengangguran mendapatkan tempat yang berbeda.