Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Fenomena Modernisasi Negeri Para Hantu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah siang ini saya masih diberikan kesempatan untuk menyapa sahabat-sahabat kompasianer. Siang hari yang terlihat sedikit gelap lantaran cuaca sepertinya akan turun hujan. Sebenarnya tulisan ini menyangkut hal yang berbau mistis namun berkaitan dengan hal yang nyata. Di mana kita tahu Indonesia merupakan negerinya hal-hal yang serba mistis, bahkan saking dekatnya aura mistis semua hal yang berkaitan dengan alam gaib dianggap hal yang harus ditakuti tanpa logika, bahkan yang lebih aneh lagi hal-hal mistis tersebut bisa dipermainkan bahkan menjadi bahan tertawaan oleh masyarakatnya. Dalam kehidupan masyarkat Indonesia, masyarakat yang mudah sekali terpengaruh dengan sebuah kepercayaan yang seringkali disalahgunakan. Ajaran agama yang sepatutnya menjadi pedoman tentang hal-hal yang bersifat gaib, tapi justru hal-hal gaib tersebut malah dijadikan alat untuk mempertakutkan diri sendiri dan orang lain. Padahal kepercayaan terhadap hal-hal gaib sepatutnya ditunjukkan dengan cara yang baik yaitu semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan sebaliknya karena hal-hal gaib tersebut justru menjauhkan diri mereka dari agamanya.

Gambar : Karakter Hantu dalam Film/ ditelanzaman.blogspot.com

Maka wajar saja ketika kita hidup dalam kelompok tradisional, pengetahuan tentang hal mistis, gaib yang berbau supranatural masih sangat terasa. Sebut saja kepercayaan kepada para hantu atau dedemit yang bukan sebagai pengetahuan tapi justru menjadi bahan tontonan dan terkesan menjadi amat merendahkan karena para hantu itu dibuat menjadi seperti apapun menurut persepsi masing-masing orang. Seperti halnya di Indonesia, hantu diwujudkan seperti pocong, genderuwo, tuyul, gundul pringis, jin iprit, kuntilanak dan sebagainya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan mereka. Sehingga muncullah keyakinan bahwa lelembut itu wujudnya seperti yang disebutkan di atas. Karena hal tersebut bersifat gaib, maka di antara masyarakat ada yang menganggap perwujudan dedemit tersebut memang ada, mereka percaya bahwa di alam ini ada makhluk lain selain manusia. Namun berbeda dengan orang yang sama sekali tidak mempercayai hal-hal gaib, mereka menganggap apa yang disampaikan adalah bualan karena mereka sama sekali tidak menangkap dengan pancaindera. Walaupun di antara mereka yang tidak percaya akhirnya juga ikut mempercayai setelah hal gaib tersebut benar-benar mereka temui dan rasakan. Karena pengetahuan orang-orang Indonesia ditampakkan seperti beberapa nama di atas, maka di dunia perfilman pun konsep para lelembut itu justru dijadikan alat untuk candaan. Seperti munculnya film Babi Ngepet, Nyai Roro Kidul, Pocong Ngesot, Kuntilanak Lorong Casablanka dan beberapa film yang bergenre hantu atau horor. Sehingga beberapa pertunjukan tersebut menjadikan makhluk lelembut itu justru menjadi amat ditakuti namun juga menjadi bahan ejekan. Karena ada banyak hantu tersebut yang justru menjadi bahan humor karena tingkahnya yang lucu. Padahal sejatinya makhluk gaib tersebut tidak sepatutnya untuk dijadikan bahan candaan, karena ada alam yang berbeda di antara manusia dan para makhluk gaib yang harus sama-sama dihormati namun tak perlu pula untuk ditakuti. Lain lagi dengan hantu di negeri paman sam, mereka seringkali mewujudkan para lelembut ini dengan bentuk drakula, atau zombi yaitu sosok yang menghisap darah manusia dan zombi berwujud seperti mayat-mayat dengan tubuh membusuk yang bangkit dari kuburnya. Sebenarnya menakutkan tapi karena sebagian film tersebut didesain menjadi amat lucu maka saat ini fenomena hantu di negara tersebut terkesan tidak mengerikan. Lain halnya dengan hantu di negara china, dalam film-film mereka wujudkan seperti vampir yang juga menghisap darah serta mencekik korbannya. Serta beberapa negara yang membuat desain para lelembut ini menjadi apapun sesuai dengan pengetahuan mereka. Sehingga secara turun temurun pengetahuan tersebut semakin lama semakin mengurat mengakar tergantung ajaran dan keyakinan masyarakat di negara-negara tersebut. Dengan adanya keyakinan akan para hantu tersebut justru menimbulkan ketakutan-ketakutan kepada semua orang yang mempercayainya. Karena para hantu identik melakukan kegiatan menakut-nakuti dan menciptakan situasi yang mencekam. Bahkan ada beberapa orang karena begitu kuatnya rasa takut pada hantu yang harus mengalami trauma dan ketakutan yang luar biasa apabila beberapa sosok hantu itu ditunjukkan. Seperti Seperti si Bopak dan artis lainnya yang sangat ketakutan tatkala melihat sosok kuntilanak. Tidak hanya di dunia nyata, di dunia cyber pun fenomena hantu juga sudah tidak asing lagi. Adanya ancaman virus yang menyerang jaringan internet dan komputer penggunanya menimbulkan rasa ketertakutan yang berlebih-lebihan. Dampaknya para user ini berusaha mencari penangkal agar para hantu tidak merusak sistem dan meretas rahasia fasilitas mereka. Hal-hal yang tidak terlihat tapi memiliki efek yang nyata bagi kehidupan manusia. Bagaimana dengan para hantu di dunia politik? Di dunia politik pun ada banyak hantu berkeliaran, seperti biasa karena mereka makhluk gaib penampakan mereka seringkali sulit diprediksi. Mereka datang beberapa orang dengan identitas yang tidak diketahui membuat informasi yang simpang siur, menciptakan opini dan berita-berita yang memancing kontroversi dengan tujuannya menciptakan ketakutan dan kebencian pada seseorang. Bentuk mereka pun beraneka rupa, yang jelas mereka adalah pasukan bayaran yang dijadikan alat untuk menciptakan keresahan di masyarakat.

Gambar: hantu politik / merdeka.com

Adapula para hantu yang mendapatkan julukan teroris, mereka datang dengan membuat kerusuhan, menyebarkan opini dan tentu saja menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan agama tertentu. Bagi para hantu ini manusia yang tidak seide dan sepaham nyawa dan darahnya tidak berharga. Sehingga mereka melakukan pembunuhan dan teror kepada semua orang demi sebuah keyakinan dan tujuan tersembunyi yang mereka miliki. Hantu model ini datang dari kelompok yang tidak dikenal asal usulnya, meskipun berkedok agama tertentu, hakekatnya mereka adalah orang-orang yang tidak diketahui tujuannya. Bahkan di Kompasiana pun ada banyak para hantu yang berkeliaran. Mereka menggunakan nama dengan inisial dan karakter gambar yang tidak sesuai dengan wajah aslinya. Keberadaan mereka tujuannya adalah menyebarkan rasa takut, menciptakan keresahan dan tentu saja mencari simpati sebanyak-banyaknya kepada publik lantaran mereka adalah para tim sukses yang sudah mendapatkan rupiah atas kinerja mereka dalam menciptakan opini dan berita. Masih beruntung jika opini yang disampaikan adalah hal-hal yang positif, akan tetapi menjadi runyam jika opini yang disampaikan adalah hal-hal yang memancing perpecahan dan menciptakan konflik di dalamnya. Mereka seperti para hantu yang menciptakan rasa takut dan menjadi alat pencuci otak agar orang-orang yang menjadi korbannya bertindak di luar kesadaran. Tanpa pemikiran yang logis dan seringkali keluar dari konteks masyarakat umum. Berusaha menyebarkan konsep perbedaan yang sering kali keluar dari ranah kepatutan. Inilah hakekatnya para hantu yang menciptakan konflik dalam masyarakat. Kira-kira siapa yang mau jadi hantu ya? hihihi Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline