Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Fenomena Pria Bujangan Memilih Janda daripada Seorang Gadis

Diperbarui: 4 April 2017   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1389018591708901918

[caption id="attachment_314214" align="aligncenter" width="183" caption="Sumber: kolomkita.detik.com"][/caption]

Aneh, unik, atau apa ya ketika seorang pemuda bujangan (tongtong atau tingting) yang mencintai seorang janda? Kesan pertama penilaian orang tua si bujangan adalah “wah jangan-jangan di guna-guna” atau “kebangetan bener sih anakku ini kog suka sama janda apa nggak ada gadis lagi di dunia ini?”, dan sederet pertanyaan yang tentu saja hadir dalam hati dan pikiran orang tua yang memiliki anak-anak yang masih berstatus bujangan. Karena tak biasanya seorang pemuda justru mencintai seorang wanita yang pernah atau telah bersuami untuk dijadikan pendamping hidup. Apakah murni karena cinta atau sebab lain yang saya kurang begitu mengerti fenomena ini.

Sedikit menengok kisah asmara yang dialami oleh Raffi Ahmad beberapa waktu lalu tatkala menjalincinta dengan seorang janda dengan dua orang anak. Siapapun pasti akan tahu siapakah janda yang dimaksud? Dialah Yuni Sara, seorang wanita dengan sangat terpaksa ditinggal suaminya selama-lamanya karena kematian. Wanita yang berpredikat janda tersebut ternyata mampu memancarkan aura yang membuat sosok pria gagah nan rupawan Raffi Ahmad harus bertekuk lutut di pangkuannya. Sebuah fenomena yang amat jarang terjadi tapi fakta yang cukup aktual.

Apakah ketika seorang pemuda mencintai seorang janda merupakan kesalahan? Dan sebaliknya apakah seorang perawan mencintai Duda adalah sebuah kekeliruan pula? Tentu saja jawabannya tidak bukan? Karena cinta dan asmara tidak dipengaruhi oleh status seseorang dan juga tidak dipengaruhi asal muasal seseorang berada. Apakah dari golongan ningrat atau rakyat jelata cinta dapat bersemi dan terajut dalam hati yang suci. Semua diberikan Tuhan tanpa tawar menawar. Bahkan dapat dikatakan tidak dapat diterima logika. Akan tetapi karena cinta itu datang sendirinya maka tidak ada yang salah dalam hal ini.

Tidak cuma Raffi Ahmad menjalani romantisme bercinta dengan seseorang yang sudah menikah dan memiliki anak. Meskpun pada akhirnya hubungan asmara mereka harus kandas di tengah jalan lantaran kecemburuan dan alasan lain yang tentu saja hak keduanya. Tapi yang aneh adalah ketika harus berkali-kali menjalin hubungan dengan perawan namun tidak pernah menemui titik ujung dari hubungan mereka.

Selain apa yang dialami oleh Raffi Ahmad dan Yuni Sara, karena salah satu tetangga desa pun ada yang harus berpisah dengan suaminya lantaran mencintai seorang bujangan. Begitu juga seorang pria yang sudah setengah baya yang harus menikah dengan seorang anak gadis yang masih ting-ting. Sebuah rahasia yang tak dapat diukur dengan nalar. Bahkan ada di antara mereka yang justru bersikeras memiliki pendapat yang cukup aneh yaitu beranggapan seorang janda lebih menarik daripada seorang gadis.Bahkan konon katanya mereka yang berstatus janda lebih BERPENGALAMAN. Entah yang dimaksud berpengalaman dalam hal ini saya kurang begitu mengerti. Akan tetapi boleh jadi kriteria berpengalaman ini dimaksudkan bahwa seorang janda lebih mengerti hakekat hidup dan kehidupan dan bagaimana menjalani kehidupan dalam pernikahan daripada yang masih gadis.

Namun ada yang lebih sensitif lagi bahwa mereka menilai para Janda ini apa adanya, yaitu mereka memang sudah pernah menikah secara syah, berbeda dengan para gadis yang kadangkala sudah “janda” atau tidak perawan lagi meskipun mereka belum menikah. Statemen ini tentu saja tidak menjadi patokan karena tidak bisa diambil rata antara gadis satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan beberapa informasi yang saya dapatkan,mengapa pada bujangan ini justru mencintai atau menikahi para janda alasan awalnya karena mereka menganggap bahwa seorang janda “katanya” lebih berpengalaman seperti saya sebutkan di atas, dan lebih jelas statusnya daripada seorang gadis. Kejelasan status ini bisa berasal dari diri wanitanya bisa juga status ekonomi, karena rata-rata para bujangan ini memilih janda yang glamour dan memiliki kekayaan yang cukup besar. Begitu juga bagi kalangan para gadis yang mau mencintai dan menikah para duda lantaran “katany” para duda ini justru lebih keren dan memiliki pengalaman dalam kerumahtanggaan dan jelas status ekonominya. Hal ini disebabkan rata-rata para gadis yang mencintai duda karena para duda tersebut sudah mapan dan memiliki penghasilan yang memadai untuk pernikahan mereka.

Bahkan adapula yang beranggapan ketika mencintai seorang janda justru perhatiannya melebihi seorang wanita gadis bahkan ada di antara mereka yang mendapatkan perhatian lebih dan seperti diemong selayaknya sifat anak yang ingin dimanja. Ingin diperhatikan lebih dan tentu saja tidak seperti anak gadis pada umumnya yang suka mempermainkan hati sang pria.

Namun alasan lain yang mendorong para muda dan gadis yang menikah dengan yang tidak sekufu ini memang memiliki alasan tersendiri yang seringkali tidak mereka ungkapan di hadapan orang lain. Dengan alasan privacy dan tentu saja menjaga harga diri para pelakunya.

Yang pasti, keputusan untuk mencintai wanita atau pria yang sudah beristri atau bersuami hakekatnya memiliki beberapa alasan yang tak mungkin kita ketahui secara pasti. Akan tetapi hasrat awalnya adalah karena ada aura ketertarikan di antara keduanya dan tentu saja kecocokan dan saling pengertian yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Cukup mereka berdua yang mengerti alasan dan keputusan untuk menjalani pola perkawinan ini.

Meskipun pernikahan itu tidak diatur janda atau gadis, tapi Nabi memberikan petunjuk bahwa menikahlah dengan para gadis (perawan) karena bau mulutnya wangi dan mereka mau menerima mahar yang sedikit.

Jadi, ya terserah Anda mau memilih gadis atau janda karena semua memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hehe ...

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline