[caption id="attachment_329121" align="aligncenter" width="510" caption="Nongkrong bareng kompasiana.@kompasiana.com"][/caption]
Sudah berkali-kali Kompasiana menggelar hajat rutin bersama. Baik berbentuk diskusi yang mengundang nara sumber kompeten seperti Ahok dan Bu Risma serta tokoh beken tanah air beberapa waktu lalu. Adapula kegiatan temu member (kompasianer) yang juga diadakan secara rutin maupun insidental. Saya yaqin bahwa tujuan pertemuan tersebut ingin merajut kembali ikatan silaturrahmi dan persaudaraan sesama kompasianer yang "mungkin" sempat terkoyak karena perbedaan prinsip dan pandangan dalam diri masing-masing individu.
Penting, dan bermanfaat itulah seyogyanya yang diimpikan oleh tim manajemen Kompasiana.com yang digawangi oleh Kang Pepih Nugraha, Kang Isjet serta yang lainnya yang tidak hafal satu persatu.
Dan terus terang saya yang sering alpa alias membelot dan kurang respect dengan pertemuan fenomenal tersebut. Namun bukan berarti ketidak adaan saya di panggung nongkrong bareng membuat kompasiana rugi. Karena apalah saya yang baru bergabung komunitas yang bergengsi ini. Komunitas yang berkumpulnya para tokoh muda yang menginspirasi dan memberikan manfaat kepada semua orang.
Saya merasa ketidak aktifan dalam pertemuan atau nongkrong bareng tersebut akan merugikan saya sendiri karena tanpa melibatkan diri dalam kegiatan kongkow-kongkow bareng kompasianer saya merasa kurang mendapatkan rasa greget dalam menuliskan dan rasa soliditas dalam interaksi sesama kompasianer. Walaupun mungkin suatu saat saya akan menyempatkan diri untuk hadir dalam acara tersebut. Seorang pria kampung bertampang kumuh.
Tapi bagaimanapun juga, ketidak adaan saya dalam kegiatan tersebut dan tidak dikenalnya secara langsung sesama teman kompasianer saya pun yaqin bahwa saya dapat membaca karakter seseorang dari tulisannya. Dari gayanya dalam menyikapi setiap persoalan.
Dan ketidak hadiran saya dalam pertemuan tersebut tidak akan mengurangi rasa simpati saya kepada para penulis dan tentu saja tidak akan mengurangi semangat saya dalam menuangkan tulisan yang mungkin dianggap idenya sangat sederhana. Tapi yang sederhana inilah keberadaan saya sedikit banyak ada manfaatnya.
Saya teringat pesan mulia, bersedekahlah kamu meskipun hanya sebait tulisan karena hakekatnya tulisan yang bermanfaat itu lebih berharga dari sebongkah permata. Dan saya juga teringat pesan Nabi Muhammad SAW "ballighu 'anni walau ayah "dan sampaikan oleh mu dariku walau satu ayat. Ayat dapat bermakna pesan-pesan moral yang bermanfaat yang dapat kita sumbangkan kepada orang lain.
Saya tetap mensupport dan berharap pertemuan demi pertemuan di Kompasiana semakin meningkatkan profesionalitas para insan media dan memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H