[caption id="attachment_331590" align="alignleft" width="226" caption="prabowo subianto / biografi.blogspot.com"][/caption]
Silang pendapat semakin gencar terkait calon Presiden RI, dan banyak pula berita, opini dan komentar-komentar miring yang selalu menyudutkan tokoh partai Gerindra ini. Tentu saja arus pertentangan tidak murni dari masyarakat bawah yang sampai saat ini merasa jengah dengan kebijakan yang setengah-setengah terkait roda pemerintahan yang dibangun. Boleh jadi karena memang rata-rata penulis benar-benar loyalis PDIP alias Capres Joko Widodo.
Bahkan sebuah aksi sudut menyudut dan serang-menyerang argumen terkait pantasnya calon presiden ini turut dibumbui dan dimanipulasi pada hal-hal yang sepatutnya tak perlu dilakukan. Seperti halnya media Amerika yang turut memberitakan "kejelekan" Prabowo di masa silam. Tentu saja sikap kontra terhadap capres ini semakin gencar di media online. Karena rata-rata media saat ini mengikuti arus informasi yang memang mengarahkan kepada sosok capres dari PDI Perjuangan.
Bahkan yang lebih naifnya lagi, tatkala semua asumsi dan pemberitaan tersebut sama sekali tidak berimbang. Sehingga menjadikan sosok Prabowo Subianto menjadi korban serangan dan tulisan miring dan berbau tendensius menyerang sosok ini.
Namun melihat gelagat dari para penyebar opini hakekatnya semakin menunjukkan arah pemikiran mereka bahwa negara ini tak pantas dipimpin oleh seorang militer atau presiden agamis yang islamis. Bahkan hak-hak berpolitik anggota militer pun seperti diberangus lantaran kekhawatiran segelintir orang bahwa Indonesia akan dibangun rezim militeristik. Meskipun setiap rezim memiliki kelebihan dan kekurangannya. Apalagi saat ini negara ini hanya pantas dipinpin oleh orang-orang yang tegas dan tak mudah diatur-atur atau bahasa domainnya adalah tak pantas calon presiden dijadikan boneka politik.
Seorang tokoh jadi-jadian karena pencitraan yang terlalu dibuat-buat. Tentu saja pencitraan yang dilakukan oleh kader-kader PDI P yang nota bene haus kekuasaan karena selama sepuluh tahun hanya menjadi penonton dan kaum ordinat lantaran dikalahkan oleh Partai Demokrat. Gelagat licik itu tak hanya diarahkan pada sosok partai Gerindra dan Partai Demokrat saja, tapi semua partai termasuk Golkar dan PKS turut menjadi korban intimidasi media. Dan anehnya lagi media Amerika begitu bersemangatnya membela Jokowi dan tak pernah memuji sedikitpun kiprah Prabowo di masa silam.
Meskipun Jokowi pun tetap berhak menjadi presiden lantaran hak asasi manusia, namun segi kepantasan dan ketegasan hanya Prabowo lah yang berani melawan hegemoni asing atas kebijakan dalam negeri.
Pertanyaannya kenapa Amerika dan China sangat antusias membela habis-habisan Jokowi? dan kenapa bukan Prabowo atau Capres lain berlabel Islam?
Jokowi sebagaimana masyarakat sipil, secara strategi politik kurang begitu menguasai, apalagi situasi dunia yang begitu panas ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas dan tidak main diatur-atur seperti "boneka" apalagi ketika seorang presiden tersebut merupakan pesanan dari bangsa asing maka sudah dapat dipastikan sang presiden akan begitu mudah diatur-atur menurut selera kebijakan asing. Apalagi rata-rata pengusaha saat ini justru seperti seorang raja, yang tak perlu menjadi presiden tapi "pesanan" sudah siap. Berbeda dengan calon presiden yang murni tidak berasal dari pesanan pengusaha.
Apalagi selama ini, Jokowi terlalu wellcome terhadap pengusaha tatkala para pekerja mengharapkan kenaikan gaji yang sesuai menurut kebutuhan hidup mereka. Terbukti, permintaan para pekerja ini ditolak lantaran jokowi mendapatkan tekanan dari pengusaha dan tentu saja sosok yang turut menyumbang kesuksesan Jokowi di Ibukota.
Jika ternyata justru Jokowi menjadi kandidat yang sukses mendulang suara, maka efek strategi ekonomi akan berlanjut. Negara yang dipimpin oleh para pengusaha dan orang-orang berduit yang akan berdampak pada tidak didengarnya suara rakyat bawah lantaran seringkali persebrangan dengan kebijakan pengusaha. Sekali lagi Jokowi hanya akan disetir menurut selera para pengusaha ini.