Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Dengan Menulis (Sharing) Kita Pun Ada

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397422779931972927

Semangat Om, Semangat. Sepenggal kata-kata itulah yang selalu menyemangati saya. Kata-kata yang penuh dukungan mengalir tiada henti dari para kompasianer seperti mengalir dalam aliran darah dan merasuk ke pembuluh nadi. Seperti memberikan energi positif yang selalu menggugah semangat untuk bangun dan bangun lagi meski dalam keterpurukan.

Dan saya pun teringat tulisan kompasianer bahwa tidak ada yang salah dengan sedekah. Dan saya mendukung sepenuhnya tulisan ini, karena hakekatnya semua yang kita berikan kepada orang lain adalah sedekah. Meskipun hanya sepenggal kata-kata yang berisi support atau dorongan. Itupun adalah sedekah.

Bahkan meski hanya secercah senyum yang kita berikan kepada orang lain pun hakekatnya adalah sedekah. Sedekah ilmu justru melebihi kemuliaannya dari sedekah harta. Bahkan saya teringat firman Allah SWT sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengamalkannya. Dan diperjelas oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya khoirunnasi anfa'uhum linnas. Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Setiap manusia hakekatnyanya mempunyai bakat untuk bersedekah, karena Tuhan menciptakan manusia dipenuhi segudang manfaat yang dapat mereka berikan kepada sesamanya. Seperti halnya menulis di Kompasiana, sebait kata-kata yang bermakna dan berisi kebaikan, maka ibarat kita menanam sebulir padi dan bulir padi itu tumbuh menjadi satu tangkai dan dari satu tangkai itu akan bercabang menjadi sepuluh tangkai. Masing-masing tangkai akan berisi sepuluh bulir padi. Maka wajar saja jika Allah SWT pun mengajarkan bahwa ketika kita bersedekah dengan sebulir padi, maka padi itu akan membawa kepada sepuluh kebaikan dan sepuluh kebaikan itu akan berlipat menjadi tujuh puluh kebaikan. Tentu saja kebaikan yang kita harapkan tatkala kita telah tiada.

Saya pun teringat kata-kata Bapak BJ Habibie tatkala beliau masih menjadi presiden, beliau mengatakan "jadilah mata air, karena mata air itu akan selalu mengeluarkan air yang jernih dan akan selalu memberikan manfaat bagi orang banyak. Dengan kata lain, untuk apa kita hidup jika kita tidak seperti mata air? dan untuk apa kita bernyawa, jika kehidupan kita tidak bermanfaat pada orang lain?

Menulis hakekatnya seperti kita menorehkan kebaikan kepada sesama. Tak memandang darimana asal mereka, tatkala tulisan kita berisi kebaikan, maka akan dapat dimanfaatkan orang lain. Akan menjadi penguat rasa tatkala masakan tak lengkap bumbunya, dan membangun jiwa, tatkala jiwa-jiwa dalam kegersangan dan kehampaan.

Itulah hakekatnya kebermanfaatan kita bagi sesama. Meskipun kadangkala kehadiran kita begitu tak berharga dihadapan orang lain karena kemiskinan, namun di mata Tuhan kita amatlah kaya karena kita sudah membagi apa yang kita miliki.

Seperti halnya ilmu padi, semakin berisi maka ia akan semakin menunduk, rendah hati dan berusaha membagi kepada orang lain. Dan semakin kita kosong, maka kita akan semakin terlihat sombong. Dengan angkuhnya kita berjalan di muka bumi. Menyombongkan harta yang kita miliki meskipun kita miskin dari manfaat.

Salam

Gambar: misterjogja.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline