Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Dengan Cara Ini Semestinya Siswa Bandel Dihukum (Sebuah Alternatif)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dengan Cara Ini Semestinya Siswa Bandel Dihukum (Sebuah Alternatif)

Sambil mengisi saat istirahat, penulis ingin membagi sebuah alternatif bagaimana mengatasi anak-anak yang melakukan kenakalan dan kebandelan sehingga tak mampu lagi harus bagaimana mengatasi sifat bandel dan nakal tesebut.

Di manapun kita berada tentu tidak akan pernah terlewatkan dengan prilaku para siswa-siswi yang terlihat bertingkah di luar batas, kadang menyakiti dirinya sendiri, adapula yang terbiasa membuly (baca menyakiti) teman-teman sebayanya.

Tindakan ini kadang dianggap biasa saja, sehingga para akademisi selalu menganggap mereka melakukan suatu hal yang sewajarnya, dengan alasan usia mereka memang masih abege atau baru memasuki usia pubertas. Antara dunia anak-anak dan dunia  dewasa yang lagi tinggi-tingginya gairah dalam meniti kehidupan. Dan tentu saja energi yang terlampau berlebih yang seringkali tidak termanfaatkan secara optimal.

Namun jika prilaku mereka sudah kelewat nakal (bandel) ditambah lagi menyakiti teman-teman secara fisik atau dengan kekerasan yang mengakibatkan korbannya harus di rawat intensif, atau karena prilaku mereka yang sudah kelewat batas karena menggunakan narkoba. Sehingga ada banyak akademisi serta para orang tua yang harus pusing tujuh keliling. Ditambah lagi jika anak-anak ini tidak lagi merasa takut dengan sanksi yang diberikan oleh sekolah lantaran aktifitas liar anak-anak ini.

Dampaknya tidak hanya orang tua, guru saja yang harus kejatuhan masalah mereka, KOMNAS Anak pun sepertinya harus riweuh jika mendapatkan laporan kekerasan yang dilakukan para ABG ini.

Tapi apakah Anda tahu bahwa hakekatnya anak-anak pelajar yang melakukan kenakalan pun sepatutnya dihukum. Dihukum dalam tanda kutip tidak menyakiti fisiknya. Tidak hanya dianjurkan atau dilarang menyakiti fisik, secara fisikpun sepatutnya dihindari. Tentu saja bertujuan agar perkembangan fisik dan psikologis si anak tidak mengalami gangguan dan trauma paska hukuman diberikan. Sehingga amat wajar jika para pendidik, akademisi dan profesor pendidikan yang berusaha mencari solusi terhadap fenomena kenakalan anak ini.

Penanganan terhadap kenakalan remaja dan prilaku merusak para remaja ini hakekatnya dapat dilakukan dengan proporsional. Namun jika melihat beberapa kasus kenakalan ABG yang justru berdampak diberikan hukuman tahanan ternyata justru tidak menjadikan anak ini lebih baik. Anak yang awalnya mengalami goncangan psikis dan perubahan prilaku karena diawali dari perhatian orang tua yang amat minim, tatkala anak-anak ini melakukan perbuatan yang keliru ternyata karena mendapatkan sanksi pidana dan dijebloskan dalam penjara, justru anak-anak ini mendapatkan pengetahuan akan kekerasan yang diperoleh dari para narapidana yang sama-sama mendiami sebuah lapas.

Pantas saja, anak-anak yang masih bau kencur ini secara tidak langsung meniru aktifitas merusak yang dilakukan di dalam lapas. Seperti merokok, kekerasan fisik dan psikis karena mendapatkan perlakuan kasar dari orang-orang sekitarnya, serta pengalaman negatif lain seperti pelecehan seksual. Seperti diceritakan mantan narapidana bahwa siapapun yang pernah masuk ke dalam lapas, maka anak yang awalnya nakal karena tekanan keluarga yang tidak begitu peduli, harus berubah menjadi kenakalan karena tekanan kekerasan tatkala di lapas. Masih beruntung jika hanya fisik yang diterima, nah, jika harus mendapatkan perlakuan tidak senonoh misalnya maaf disodomi, seperti beberapa prilaku narapidana, hakekatnya hal ini menjadikan trauma yang akan mereka rasakan hingga usia senja.

Didalam lapas, tujuannya anak-anak ini jera dan menjadi baik, tapi justru berubah menjadi brutal, merokok, bahkan ada pula yang tersangkut narkoba lantaran di lapas juga menjadi tempat peredaran barang haram tersebut.

Bayangkan, jika di antara anak-anak yang ditahan tersebut adalah anak-anak kita apa yang akan kita rasakan? Takut, dan kekhawatiran yang akan muncul jika anak-anak kita benar-benar berprilaku tidak senonoh. Apalagi yang lebih parah lagi jika mereka menjadi trauma karena mendapatkan kekerasan secara fisik maupun psikik di dalam lapas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline